RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
____________________________________________________________________
I. Standar Kompetensi
2.
Tingkat Penguasaan Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing (Kemampuan Bertahan Hidup)
II. Kompetensi
Dasar
2. 2 Pengenalan Imbuhan Bahasa
Indoensia
III. Indikator
Kognitif
Produk
(Konten)
1.
Mampu menyebutkan jenis-jenis imbuhan dalam Bahasa Indonesia
Proses
(Study skills, learning strategies)
2. Mampu
mengidentifikasi berbagai jenis imbuhan
dalam Bahasa Indonesia melalui kalimat yang disebutkan dan dituliskan
Psikomotorik
(Keterampilan)
3. Mampu
menulis berbagai jenis imbuhan Bahasa
Indonesia dalam kalimat sederhana
Afektif
1.
Karakter
Siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran dengan berperilaku, seperti:
- Dapat dipercaya (Trustworthines)
- Rasa hormat dan perhatian ( respect )
- Tekun ( diligence )
- Tanggung jawab (responsibility )
- Berani ( courage )
- Ketulusan ( Honesty )
2.
Keterampilan sosial
-
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-
Menyumbang ide
-
Membantu teman yang mengalami kesulitan
IV. Tujuan
Pembelajaran
Setelah
proses pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran kooperatif, siswa
dapat:
Kognitif
Produk
(Konten)
- Menyebutkan
berbagai jenis imbuhan dalam
Bahasa Indonesia
Proses
(Study skills, learning strategies)
2. Mengidentifikasi
berbagai jenis imbuhan dalam
bahasa Indonesia dalam kalimat yang disebutkan dan dituliskan.
Psikomotorik
(Keterampilan)
3. Menulis
berbagai jenis imbuhan bahasa
Indonesia melalui kalimat yang sederhana
Afektif: karakter
4.
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan berprilaku seperti:
-
Dapat dipercaya (Trustworthines)
-
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
-
Tekun ( diligence )
-
Tanggung jawab (responsibility )
-
Berani ( courage )
-
Ketulusan ( Honesty )
- Afektif: Ketrampilan Sosial
-
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-
Menyumbang ide
-
Membantu teman yang mengalami kesulitan
V.
Materi
Pembelajaran
1. Pejelasan
jenis-jenis imbuhan melalui contoh-contoh kalimat
VI. Metode
dan Model Pembelajaran :
Metode :
Ceramah,
tanya jawab, dan Demonstrasi
Model
: Pengajaran Langsung (Explisit
Instruction)
VII.Sumber
dan Media Pembelajaran
A. Sumber
Pembelajaran:
B. Media
Pembelajaran
Buku cerita
VII. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
|
Metode
|
1.
Mengajak siswa berdoa
bersama guna menanamkan rasa cinta dan
keyakinan yang kuat terhadap Tuhan yang Maha Esa.
2.
Guru menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
3.
Guru memberikan
penjelasan mengenai berbagai jenis fasilitas makanan melalui gambar. Dalam
hal ini guru mendemosntrasikan
pengetahuan dan keterampilan
4.
Guru membimbing
pelatihan
5.
Guru mengecek
pemhaman dan memberikan umpan balik
6.
Guru memberikan
kesempatan untuk latihan lanjutan
7.
Guru bersama siswa
melakukan reflleksi terhadap pembelajaran hari ini
8.
Guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam penutup
|
Ceramah
Ceramah
Demonstrasi
Tanya Jawab
Evaluasi
Refleksi
|
VIII.
Alat, Sumber, dan Media Pembelajaran:
a. Alat : Laptop
b. Sumber
Pembelajaran :
c. Media : Buku
cerita
MATERI
PEMBELAJARAN
Imbuhan
Bahasa Indonesia
1.
Definisi Imbuhan
Imbuhan (afiks) adalah suatu bentuk linguistik yang di
dalam suatu kata merupakan unsur langsung, yang bukan kata dan bukan pokok
kata. Melainkan mengubah leksem menjadi kata kompleks, artinya mengubah leksem
itu menjadi kata yang mempunyai arti lebih lengkap, seperti mempunyai subjek,
predikat dan objek. Sedangkan prosesnya sendiri di sebut afiksasi (affixation).
Imbuhan (afiks) adalah bentuk (morfem) terikat yang
dipakai untuk menurunkan kata. Imbuhan (afiks) dibahas dalam bidang ilmu
Morfologi. Sedangkan definisi Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dalam definisi lain di katakan
bahwa Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsiperubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Contoh: kata Sepeda Motor terdiri dari
dua morfem, yaitu morfem Sepeda dan morfem Motor, yang masing-masing merupakan
kata.
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya
mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti bertiga, ancaman,
gerigi, dan berdatangan terdiri atas tiga kata dasar, yaitu tiga, ancam, gigi
dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an,
-er-, dan ber-an.
Perubahan-perubahan bentuk kata menyebabkan adanya
perubahan golongan dan arti kata. Golongan kata Sepeda tidak sama dengan
golongan kata bersepeda. Golongan Sepeda merupakan golongan kata nominal,
sedangkan kata bersepeda termasuk golongan kata verbal. Kata rumah dan kata
jalan termasuk golongan kata nominal, sedangkan kata berumah dan kata berjalan
termasuk golongan kata verbal.
Dibidang arti, kata Sepeda, bersepeda, Sepeda-sepeda,
dan Sepeda Motor, semuanya mempunyai arti yang berbeda-beda. Demikian pula kata
Rumah, berumah, perumahan, rumah-rumahan, rumah-rumah, rumah sakit dan
kata-kata jalan, berjalan, berjalan-jalan, perjalanan, menjalani, menjalankan
dan jalan raya.
Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak
lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata. Karena itu, maka morfologi
disamping bidangnya yang utama menyelidiki seluk-beluk kata, juga menyelidiki
kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat
perubahan bentuk kata.
Tiga macam proses morfologis, yaitu pertama,
bergabungnya morfem bebas dengan morfem terikat disebut afiksasi. Kedua,
Pengulangan morfem bebas disebut reduplikasi, dan ketiga, bergabungnya morfem
bebas dengan morfem bebas disebut pemajemukan. Pada proses yang pertama
menghasilkan kata berimbuhan, yang kedua menghasilkan kata ulang, dan yang
ketiga menghasilkan kata majemuk.
Pada umumnya imbuhan (afiks) hanya dikenal ada empat,
yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), awalan dan akhiran
(konfiks). Dalam sumber lain disebutkan bahwa imbuhan (afiks) itu ada sembilan,
yaitu prefiks, infiks, sufiks, simulfiks, konfiks, superfiks, interfiks,
transfiks, dan kombinasi afiks.
2.
Jenis-jenis
Imbuhan Bahasa Indonesia
a. Awalan
(prefiks/ prefix)
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak
di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation).
Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa
indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Awalan terdiri dari me, di, ke, ter, pe, per,
se, ber, dan dijelaskan dalam contoh.
Awalan me- pada sebuah kata dasar berfungsi untuk
membentuk kata kerja aktif. Awalan pe- pada suatu kata dasar dapat berfungsi
menjadi kata benda. Perubahan awalan me- menjadi meng-, pe- menjadi peng-
terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /a/, /e/, /g/, /h/,/i/,
/u/, /o/, /k/
Contoh: ambil – mengambil, hancur – penghancur
Perubahan awalan me- menjadi men-, pe- menjadi pen-
terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /c/, /d/, /j/
Contoh: coba – mencoba, dorong – pendorong
Perubahan awalan me- menjadi mem-, pe- menjadi pem-
terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /b/, /f/, /v/
Contoh: beli – membeli, pembeli
Perubahan awalan me menjadi meny-, pe- menjadi peny-
terjadi jika kata dasar yang mengawali memiliki bunyi: /s/
Contoh: siksa – menyiksa, penyiksa
Kata dasar yang memiliki bunyi /p/, /t/, /k/ diubah
menjadi /m/ dan /n/
Contoh: pakai – memakai, pemakai
Kata dasar yang tidak mengalami perubahan bunyi awalan
adalah: /l/, /m/, /n/, /r/.
Contoh: lamar – melamar, pelamar
Awalan ber- dan per- berfungsi membentuk kata kerja
aktif.
Untuk kata dasar yang diawali dengan r, maka awalan
ber- menjadi be-, per- menjadi pe-.
Contoh: Renang – berenang, perenang
Awalan di- dan ter- berfungsi membentuk kata kerja dan
membawa arti yang pasif. Penempatan obyek di depan sebagai subyek dalam kalimat
dan pemindahan pelaku menjadi obyek dalam kalimat dapat diterapkan untuk kedua
awalan ini.
Contoh: Kotoran itu diinjak oleh temanku. (membawa
arti pasif)
Kotoran itu terinjak oleh temanku. (membawa arti
pasif)
Awalan se- berfungsi untuk membentuk kata benda.
Contoh: Ikat – seikat, Indah – seindah
Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja intransitif
( tidak membutuhkan obyek).
Contoh: Luar – keluar (Ia sedang keluar .)
Dalam – kedalam (Mereka sedang kedalam.)
Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada
kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan
dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris.
Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah,
antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan
dengan’.
bi- misalnya padab ilateral, biseksual, bilingual,
bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi,
deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden,
eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang
dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
ekstra- seperti pada ekstra-universiter,
ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa
Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya
‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual,
hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif,
intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah,
infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler.
Awalan ini artinya ‘di dalam’.
inter- misalnya interdental, internasional,
interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot,
kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi,
kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi,
makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos,
microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
multi- seperti padamultipartai, multijutawan,
multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme,
neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas,
nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.
b. Akhiran
(sufiks/ sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak
di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami
perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation).
Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, in, wi, dan lainnya
dalam contoh.
Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan
+ karya→karyawan, -wati+karya→kryawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran
ini di sebut sebagai akhiran untuk kata benda.
Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti:
-if→aktif, sportif. -ik→magnetik, elektronik. -is→praktis, anarkis.
-er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi, duniwi.
Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang
berasal dari bahasa inggris dan ada yang berasal dari bahasa arab. Contoh:
-al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -i→abadi, alami, hewani, rohani.
-nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -in→muslimin, mu’minin.
-at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -if→produktif, sportif.
Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:
–al misalnya pada actual, structural, emosional,
intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
–asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi,
nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses
menjadikan’ atau ‘penambahan’.
–asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme,
antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.
–er seperti pada primer, sekunder, arbitrer,
elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
–et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete.
Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’,
novelet itu ‘novel kecil’.
.–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi,
asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah.
Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
–if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif,
naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
–ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic,
dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
(Sumber fhoto : Google search) |
-ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik,
fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
–il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini
menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata ini diganti dengan –al.
–is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis,
legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat.
–is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis,
prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti
disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti
yang disebut di dalam kata dasar.
–isme seperti pada nasionalisme, patriotisme,
Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’.
–logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi,
kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
–ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran
ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai
kegemaran ber-.
–or seperti pada editor, operator, deklamator,
noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang
mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
–ur seperti pada donator, redaktur, kondektur,
debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau
pelaku;
–itas seperti pada aktualitas, objektivitas,
universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.
c. Sisipan
(infiks /infix)
Sisipan (infiks/ infix) adalah imbuhan yang terletak
di dalam kata. Jenis imbuhan ini tidak produktif, artinya pemakaiannya terbatas
hanya pada kata-kata tertentu. Jadi hampir tidak mengalami pertambahan secara
umum. Sisipan terletak pada suku pertama kata dasarnya, yang memisahkan
konsonan pertama dengan vokal pertama suku tersebut. Prosesnya imbuhan kata
tersebut di sebut infixation. Imbuhan yang berupa sisipan seperti: -er-, -el-,
-em- dan -in.
Sisipan ( infiks/ infix) dapat mempunyai makna, antara
lain:
i. Menyatakan
banyak dan bermacam-macam. Contohnya: tali→ temali, artinya terdapat
bermacam-macam tali. gigi→gerigi, artinya terdapat bermacam gigi.
sabut→serabut, artinya terdapat bermacam-macam sabut. kelut→kemelut,
gunung→gemunung, artinya terdapat bermacam-macam gunung.
ii.
Menyatakan intensitas frekuentif, artinya menyatakan banyaknya waktu.
Contoh: getar→gemetar, artinya menunjukan banyaknya waktu getar atau gerak
suatu benda. guruh→gemuruh, artinya menunjukan banyaknya waktu guruh. gertak→gemertak,
artinya menujukan banyaknya waktu bunyi gertak. cicit→cericit, artinya
menujukan banyaknya waktu bunyi cicit.
iii.
Menyatakan sesuatu yang mempunyai sifat seperti yang di sebut pada kata
dasarnya. Contoh: kata kerja→kinerja, artinya sesuatu yang mempunyai sifat sama
dengan kerja atau sesuatu sifat kegigihan. kuning→kemuning, artinya sesuatu
yang mempunyai sifat sama dengan warna kuning. gilang→gemilang, artinya sesuatu
yang mempunyai sifat sama dengan cerah. turun→temurun, artinya sesuatu yang
mempunyai sifat terus-menerus. tunjuk→telunjuk, artinya sesuatu yang mempunyai
sifat seperti tunjuk.
Ada juga sisipan (infiks) yang di pengaruhi oleh
bahasa jawa. Contoh: kata kesinambungan, yang merupakan kata dasar dari kata
sinambung yang di sebut kata dasar sekunder. Sedangkan kata dasar primernya
sambung mendapat sisipan –in- yang artinya menyatakan sifat terus-menerus. Sama
halnya dengan istilah yang terdapat dalam bidang ekonomi, dalam proses imbuhan
kata dasar juga terdapat istilah yang sama, tetapi mempunyai makna yang
berbeda. Istilah itu adalah kata dasar primer, kata dasar sekunder, dan kata
dasar tersier.
Kata dasar primer adalah kata dasar yang berupa kata
asal atau morfem dasar, yang di pakai sebagai kata dasar pertama dalam
pembentukan kata jadian. Contoh: dengar→dengarkan→perdengarkan, artinya kata
dengarkan merupakan kata dasar dari kata dengar yang mendapat akhiran– kan .
Demikian juga dengan kata perdengarkan, berasal dari kata dasar dengar yang
mendapat konfiks per-kan. Kata dasar primer, haruslah pada kata jadian yang
sekurang-kurangnya di bentuk melalui dua tahap.
Kata dasar sekunder adalah kata dasar yang berupa kata
jadian yang di pakai sebagai dasar kedua dalam pembentukan kata jadian yang
lebih kompleks. Contoh: dengarkan→perdengarkan, dipikir→dipikirkan,
main→bermain-main, merata→meratakan.
Kata dasar tersier adalah kata dasar yang berupa kata
jadian yang di pakai sebagai dasar ketiga dalam pembentukan kata yang lebih
kompleks. Contoh: kata guna→gunakan→pergunakan→mempergunakan. ingat→ingatkan→
peringatkan→ diperingatkan. harap→harapkan→diharapkan→diharapkannya.
Sisipan (infiks/ infix) biasanya di bentuk dari kata
benda (nomina) menjadi kata sifat (adjektifa). Adjektifa tingkat kuatif dengan
prefiks se- dan tingkat superlatif dengan prefiks ter-. Hasil pengafiksan
dengan infiks atau sisipan –em- pada nomina, adjektiva yang jumlahnya sangat
terbatas.
Benda (nomina) →sifat (adjectifa)
Getar → gemetar, guruh → gemuruh, kilap → kemilap,
kilau → kemilau, santan → semantan, gerlap → gemerlap, gilang → gemilang, gilap
→ gemilap, taram → temaram, serbak → semerbak .