Ilustrasi (Foto: Int) |
Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot aerobik, otot merah atau slow-oxidative (SO). Serabutnya mempunyai kemampuan aerobik yang sangat kuat, yaitu dalam upaya suatu proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang disebut Adenosine Tri Phosphate (ATP). Kontraksinya lambat, sehingga ia sangat berguna dalam aktivitas ketahanan yang memerlukan waktu yang sangat panjang.
Serabut otot ini mempunyai nilai ambang yang lebih rendah terhadap aktivasi ion Calsium dan lebih sedikit respons tenaga terhadap ion Calsium. Di samping itu ia lebih efisien menggunakan oksigen untuk membentuk bahan bakar tenaganya, sehingga tipe ini sangat ideal untuk aktivitas yang membutuhkan waktu lama dan terus menerus dan tidak mudah lelah. Aktivitas itu dapat berupa lari maraton atau bersepeda selama berjam-jam. Tipe I ini mempunyai miosin ATPase yang lambat. Miosin ATPase adalah enzim yang berfungsi dalam pemecahan ATP untuk menghasilkan tenaga.
Tipe II atau Fast Twitch (FT)
Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot anaerobik, otot putih atau fast-glycolytic (FG). Lebih lanjut, tipe II ini dibedakan menjadi beberapa subdivisi, yaitu tipe IIa atau sering juga disebut sebagai FTA, tipe IIx ekivalen dengan tipe IIb pada hewan (Wilmore, Costill, Kenney, 2008), dan tipe IIc atau FTC, atau tipe intermediate. Kesemuanya
ini dihubungkan dengan kecepatan kontraksi dan sumber energi utama yang diproduksinya (Foss, Keteyian, 1998).
Tipe II ini mempunyai miosin ATPase yang cepat. Secara mikroskopis, serabut tipe II mempunyai mitokondria and mioglobin dalam jumlah yg lebih sedikit dibanding dengan serabut otot lambat, vaskularisasinya juga lebih sedikit sehingga dalam penglihatan mikroskopis tampak pucat warnanya.
Diameter serabutnya lebih besar. Serabut tipe II menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energi, yang artinya pembentukan energinya terjadi sangat cepat, sehingga serabut ini baik untuk aktivitas dengan ledakan kuat dan cepat dalam waktu yang singkat, seperti yang dilakukan oleh seorang sprinter. Secara umum, serabut tipe II menghasilkan gaya yang sama per kontraksinya seperti tipe I, tetapi tipe II dapat melakukannya dalam waktu yang singkat. Serabut tipe II mudah lelah.
Serabut tipe II mempunyai nilai ambang yang lebih tinggi terhadap ion Calsium dan respons tenaga lebih tinggi (Quinn, 2007). Secara mikroskopis, serabut tipe I ini mempunyai mitokondria and mioglobin dalam jumlah yg lebih banyak daripada serabut tipe II. Adanya mioglobin yg banyak serta vaskularisasi yang padat membuat warna otot tersebut tampak kemerah-merahan. Ciri lainnya adalah diameter serabutnya lebih kecil.
Ciri-Ciri Kedua Otot Tersebut
a. Perbedaan ini mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan sifat unik dalam kemampuannya untuk berkontraksi. Perbedaan di antara keduanya itu terutama karena perbedaan pembentukan miosin ATPase.
Miosin ATPase adalah enzim yang memecah ATP sehingga menghasilkan tenaga yang dipakai untuk kontraksi otot. Tipe I mempunyai bentukan miosin ATPase yang lambat, sedang tipe II sebaliknya, sehingga ATP lebih cepat dipecah pada serabut tipe II, sebagai respons dari adanya stimulasi saraf.
Tipe II mempunyai retikulum sarkoplasma yang sangat berkembang, sehingga lebih terampil memberikan Calsium ke dalam sel otot ketika otot distimulasi.
b. Secara rata-rata, serabut tipe II mempunyai kecepatan kontraksi 5-6 kali lebih cepat dibanding dengan tipe I, walau jumlah gaya yang dihasilkan per besaran diameter serabut yang sama pada serabut tipe II dan I adalah sama, power yang dihasilkan oleh serabut tipe II, 3-5 kali lebih besar daripada tipe I, karena kecepatan pemendekan otot lebih tinggi pada tipe II (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
c. Unit fungsional dari sistem neuromuskuler adalah motor unit. Motor unit adalah sebuah -motor neuron dengan serabut-serabut otot yang dilayaninya. -motor neuron juga menentukan serabut otot itu tipe I atau II.
Pada serabut otot tipe I, sel bodi -motor neuronnya lebih kecil dan hanya melayani sekelompok serabut otot kurang dari 300 buah, sedangkan pada serabut otot tipe II, sel bodinya lebih besar dan melayani 300 serabut otot atau lebih. Perbedaan ukuran motor unit ini mengakibatkan ketika -motor neuron menstimulasi serabut otot tipe I, hanya sedikit serabut otot yang berkontraksi dibandingkan serabut otot tipe II. Oleh karena itu, serabut otot tipe II lebih cepat mencapai puncak kecepatan dan kekuatan (Scott, Stevens, Binder–Macleod, 2001). Serabut otot tipe II diaktivasi oleh neuron dengan kecepatan sepuluh kali lebih cepat daripada pada serabut otot tipe I.
d. Serabut otot tipe I mempunyai kemampuan aerobik yang tinggi, sehingga baik untuk aktivitas ketahanan aerobik, sedangkan serabut tipe II mempunyai kemampuan anaerobik yang baik. Serabut tipe IIa memegang peran dalam aktivitas dengan intensitas tinggi. (*)