Kesusatrawan Jawa

Internet

Kesusastraan jawa merupakan salah satu daerah yang termasuk ke dalam rumpun sastra nusantara. kesusastraan jawa termasuk  salah satu kesusastraan yang tergolong tua dan besar. Sastra daerah ini tidak hanya dalam bentuk sastra lama, tetapi juga masih hidup hingga hari ini daalm kategori sastra jawa modern.
A.    Kesusastraan jawa kuno.
Dalam buku berjudul Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang, (1985) karangan P. J. Zoetmulder, diuraikan bahwa kesusatraan jawa kuno dikenal beberapa ragam sastra ynag pernah dihasilkan oleh leluhur mereka di masa lalau. Karya sastra yang dihasilakn pada umumnya dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu sastra kakawin dan sastra kidung.
Kakawin dalam kesuastraan jawa kuno merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa sansekerta kawi (berarti seorang yang mempunyai pengertian yang luar biasa), kata kawi lalu diberi sufiks ka- dan –n yang kemudian berarti karya seorang penyair, syairnya (Zoetmulder, 1985:119). Kakawin yang cukup populer dalam kesusastraan jawa kuno adalah Arjunawiwaha dan Ramayana dan kedua syair ini dususun daalm bentuk puis naratif. Sastra kakawin biasanya disusun dalam bentuk pupuh, yaitu batasan lagu yang terikat oleh banyaknya suku kata daalm satu bait dan kakwin biasanya didahului oleh manggala yang merupakan bagian pengantar seorang penyair dalam permulaan karanganya.

Ringkasan cerita Ramayana
Epos Ramayana terdiri atas tujuh kanda yaitu:
(1)   Balakanda (kitab tentang masa muda)
(2)   Ayodhyankanda (kisah tentang kota ayodhya)
(3)   Aramyakanda (kisah perjalanan di hutan belantara)
(4)   Kiskinghakanda (kisah tentang kota kisindha)
(5)   Sundarakanda (kitab yang indah)
(6)   Yuddhakanda (kisah peperangan)
(7)   Uttarakanda (kitab penutup)

B.     Kesusastraan jawa modern
Kalau diperhatikan perkembangan sastra jawa modern dapat dikatakan bahwa hasil cipta sastra yang dihasilkan meliputi genre-genre modern, seperti novel, cerita pendek, puisi, dan drama. Demikian pula genre-genre yang lebih tradisional, seperti tembang macapat, naskah wayang kulit, wayang orang, wayang golek, etoprak, ludruk dan kentrung. Untuk novel dan cerita pendek jawa modern pada ummnya bersifat realistik, sedangkan untuk genre yang lebih tradisional gaya romantis tetap diteruskan , terutama yang bertalian dengan kesustraan klasik.
Sebagai contoh, dibawah ini akan disajikan salah satu nyanyian yang tergolong jenis pusi yang berjudul kupu kawe atau lagu dolanan dan lagu keroncong (tanpa terjemahan)

Kupu Kawe

Kupu kuwe tak cekele
Mung abure ngewuhake
Ngalor ngidul
Ngetan bali ngulon
Mrna-mrene ing saparan-paran
Mencok cegrek
Mabur bleber
Mentas mencok cegrok
Banjur mabur bleber


Aja Sembrana (Lagu Keroncong)

Aja sambrana wong dolan dudu wayahe,
Aku wis kanda aja nganti salah gawe,
Aja sambrana wong urip akeh godane,
Jare wis kanda pada naggung akibate,
Wee kae dadi gawe! Eee kae dadi gawe!
Aja sembrana wong kanda mung lamis wae,
Jare prasetiya lair pada lan batine.
Aja sembrana sing dadi apa nyante.
Muga rahrja yen wis pada dikarapke.
Eee kae dadi gawe! Eee kae dadi gawe!