Filosofi Penyayang Kucing


(Obituari Dian Swandayani 20191212)

Aku tidak tau apa yang menjadi penyebab atau latar belakang mengapa kau menyayangi kucing. Dulu aku beranggapan karena kita tidak punya anak. Tetapi katamu banyak orang yang punya anak juga jadi penyayang kucing. Bahkan anak-anaknya bisa dimarahi jika kucingnya disakiti.

Hampir sebagian besar ornamen di rumah ini berupa kucing, mulai dari bantal, springbed, tas, dan pernak-pernik lainnya. Meja kerjamu di kantor juga begitu. Kau memang penyayang kucing, tapi sebetulnya bukan pemelihara kucing.

Kucing yang kita miliki praktis hanya si Choki, kucing blesteran angora, persian, dan maencoon pemberian Lusina temanmu. Sudah lebih tujuh tahun dia, kelihatan tua, tidak secakep mudanya. Kucing-kucing lainnya datang karena kau selalu sediakan pakan. Mereka datang, makan, beranak pinak dan menjadi kucing kita. Silih berganti. Kini yang kukenali selain Choki, masih ada: Mery, Mocho, dan Joki, plus kucing-kucing lain yang sering kita namai sesuka kita.

Ketika browshing internet kau selalu lihat situs-situs kucing atau video-video youtube kucing dari seorang emak di Tegal. Sebagai penyayang kucing, kau tak pernah memarahi kucing, menghardik, ataupun mengusirnya. Kau selalu menyediakan makan mereka. Mereka pipis di mana-mana tidak kau marahi. Pernah ada yang pipis di kompor sehingga rusak. Ada yang beol di mana-mana bahkan di kasur, termasuk kasur kita. Juga tidak kau marahi. Hanya dibersihkan saja. Dulu ketika sebelum stroke kau sendiri. Sejak itu aku yang kau suruh. Selebihnya Mbak Tuk.

Tidak hanya pipis dan beol, bahkan ada yang beranak di kasur, meski bukan di kamar kita. Itu pun tetap kau biarkan berhari-hari di sana.Jika kita memperlakukan orang seperti kita memperlakukan kucing sepertinya damai dunia ini. Tidak pernah marah-marah malah menyayanginya.

Kucing tidak punya manfaat, bahkan tidak bisa tangkap tikus; beda dengan anjing yang dapat kita manfaatkan untuk berjaga. Itulah si kucing yang kau sayangi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kau menangisiku seandainya aku mati duluan, kucing yang mati saja kau tangisi sebegitunya.
--------
Penulis: Nurhadi (Dosen FBS Univeristas Negeri Yogyakarta)
ltrasi (Foto:Int)