1Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata
yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan penyandian. Sebuah aspek pmbacaan sandi adalah menghubungkan
kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan
tulisan/cetakan menjadi bunti yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210).
Adapun
pengertian membaca menurut para ahli sebagai berikut:
a.
Tampubulon (1993) menjelaskan pada hakekatnya
bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari
tulisan, walaupun dalam kgiatan itu terjadi pengenalan huruf-huruf. Dikatakan
kegiatan fisik, karena bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya.
Dikatakan kegiatan mental karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan
terlibat di dalamnya.
b.
Smith (Ginting, 2005) menjelaskan bahwa membaca
adalah suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.
c.
Burn, Roe, dan Ross (1984), menjelaskan bahwa
membaca adalah proses penerimaan symbol oleh sensori, kemudian
menginterpretasikan symbol, atau kata yang dilihat atau mempersepsikan,
mengikuti logika atau pola tata bahasa dari kata-kata yan ditulis penulis,
mengenali hubungan antara symbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin
ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali ke pengalaman langsung untuk memberikan
kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari di masa lalu dan
menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang
merasakan tugas membaca.
d.
Tarigan (1985) menjelaskan bahwa membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca, untuk memeroleh
pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri
dan kadang-kadang orang lain, yaitu untuk mengomunikasikan makna yang
terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
e.
Fichiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985) menjelaskan
bahwa membaca adalah memetik serta memahami arti makna yang terkandung di dalam
bahan tertulis.
f.
Juel (Sandjaja, 2005) mengartikan bahwa membaca
adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat, dan
struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang
mampu membuat initisari dari bacaan
g.
Spache & Spache ( Petty & Jensen, 1980),
mengemukakan bahwa membaca adalah proses yang kompleks yang terdiri atas dua
tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan
terhadapa apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha mengingatnya
kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang dibacanya.
h.
Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap
membaca merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide dan
gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep,
mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, mengembangkan proses
pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memaham
problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.
i.
Ginting (2005) menyebutkan bahwa membaca
merupakan proses ganda meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Proses
penglihatan dijabarkan oleh Waman & Rinsky (Ginting, 2005), sebagai proses
penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol oleh
karena itu mata melakukan peran penting. Dan sebagai proses tanggapan
dijabarkan Ahuja ( Ginting, 2005), membaca menunjukkan interpretasi segala
sesuatu yang kita persepsi.
j.
Hudgson (1960:43) mengatakan membaca adalah
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan penulis melalui kata-kata dalam bahasa tulis.
k.
Abdullah (1990:2) mengungkapkan bahwa membaca
adalah salah satu kegiatan aktif mencari informasi yang kita dapat dalam
bacaan.
Dari beberapa
pendapat para ahli di atas, dapat ditarik simpulan bahwa membaca adalah proses
pemahaman tulisan guna mendapatkan informasi berupa ilmu, pengetahuan, maupun
hiburan oleh para pembaca.
2Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar
bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang
mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih
kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen,
yaitu:
a.
Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda
baca;
b.
Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan
unsur-unsur linguistik yang formal;
c.
Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna
atau meaning (Brouhton (et al ) 1978
: 90 ).
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal
bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas
suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam
hubungan berpola yang teratur rapi.
Keterampilan B merupkan suatu kemampuan untuk menghubungkan
tanda-tanda hitam di atas kertas – yaitu gambar-gambar berpola tersebut –
dengan bahasa. Adalah tidak mungkin belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh
serta memahami bahasa-bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat
terjadi antara unsur-unsur dari pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur
bahasa yang formal. Sesuai dengan hakikat unsur-unsur linguistik yang formal
tersebut, pada hakikatnya sifat keterampilan itu akan mengalami
perubahan-perubahan pula. Unsure-unsur itu dapat merupakan kelompok bunyi
kompleks yag dapat disebut sebaga kata,
frase, kalimat, aragraf, bab, atau buku. Unsur itu dapat pula berupa unsure
yag paling dasar, yaitu bunyi-bunyi tunggal yang disebut fonem.
Keterampilan ke tiga atau C yang mencakup keseluruhan
keterampila membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual ; ini
merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas
kertas melalui unur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi,
dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. (Broughton) (et al )
1978 : 90).
3
Kebiasaan Membaca yang Perlu Dihindari
Kebiasaan Membaca yang Perlu Dihindari
Disadari atau tidak, setiap orang membawa kebiasaan membaca yang
buruk sehingga memperlambat
kecepatan baca. Kebiasaan buruk yang lazim dimiliki orang adalah sebagai
berikut:
- Vokalisasi
- Gerakan Bibir
- Gerakan Kepala
- Regresi
- Sub Vokalisasi
Kita
akan membahas satu persatu bagaimana kebiasaan tersebut menghambat dan
bagaimana cara menghilangkannya.
a.
Vokalisasi
Sesuai namanya,
vokalisasi berarti melafalkan apa yang dibaca. Tingkat vokalisasi ini
berbeda-beda pada tiap orang termasuk tinggi rendahnya bunyi yang dilafalkan.
Kebiasaan vokalisasi diduga muncul ketika pertama kali kita belajar membaca dan
diminta melafalkannya. Masih ingatkah Anda kalimat-kalimat berikut ketika
belajar membaca di masa kanak-kanak dulu?
Ini Budi
Ini Ibu Budi
Ini Bapak Budi
Ya, Anda diminta
melafalkannya keras-keras di depan kelas. Secara tidak sadar Anda terus
melafalkan apa-apa yang dibaca meskipun kini suaranya sudah lebih pelan.
Vokalisasi akan menyebabkan kecepatan
baca turun drastis menjadi setara kecepatan berbicara. Kecepatan bicara ini
sangat lambat sekitar 120 kata per menit (word per minute/wpm) bahkan
jika Anda termasuk orang yang berbicara dengan cepat sekalipun.
Menghindari
vokalisasi cukup mudah. Setiap kali membaca, ambil sebuah pensil atau ballpoint
dan letakkan diantara kedua bibir Anda. Mulailah membaca dan rasakan kapan
bibir Anda mulai bergerak untuk berbicara dan pensil atau ballpoint terjatuh.
Sadari kondisi tersebut dan letakkan kembali pensil atau bollpoint diantara
kedua bibir Anda. Lanjutkan membaca dan pastikan pensil tidak terjatuh kembali.
Lakukan hal ini terus
menerus dalam beberapa minggu sampai Anda bisa menghilangkan kebiasaan
melafalkan bahan bacaan tanpa perlu menggunakan pensil diantara kedua bibir.
b. Gerakan Bibir
Gerakan bibir sangat
mirip dengan vokalisasi. Bedanya adalah jika vokalisasi mengeluarkan suara,
maka pada gerakan bibir hanya ada gerakan saja tanpa disertai suara. Karena
alat berbicara yang digunakan pada dasarnya sama yakni menggunakan bibir dan
lidah Anda, maka dapat dipastikan kecepatan membaca dengan cara ini juga setara
dengan kecepatan berbicara.
Coba Anda amati
orang-orang di sekitar Anda, apakah ada yang membaca tapi bibirnya terus
menerus bergerak seperti melafalkan sesuatu? Perhatikan pula apakah diri Anda
melakukan hal yang sama. Jika ya, maka itulah yang dinamakan gerakan bibir.
Kebiasaan ini muncul sama seperti vokalisasi yakni ketika kita mulai belajar
membaca dan terbawa sampai sekarang. Bedanya kalau dulu harus dilafalkan
keras-keras, maka sekarang cukup dengan gerakan bibir tanpa bersuara.
Cara menghilangkan
kebiasaan buruk ini sama dengan cara menghilangkan vokalisasi. Gunakan pensil
atau ballpoint di antara kedua bibir Anda ketika membaca. Jika pensil tersebut
jatuh, maka dapat dipastikan bibir Anda bergerak. Ulangi kembali dan teruskan
membaca dengan cara tersebut sampai Anda bisa menghilangkan gerakan bibir
bahkan ketika sudah tidak menggunakan pensil sebagai alat bantu.
c. Gerakan Kepala
Kebiasaan berikut ini
relatif lebih ringan dari kedua kebiasaan yang pertama. Kebiasaaan buruk
berikutnya adalah menggerakkan kepala dari arah kiri secara teratur
perlahan-lahan bergerak ke kanan mengikuti alur bahan bacaan. Gerakan kepala
ini seringkali dilakukan pula bersamaan dengan pola gerakan mata dengan alur
yang mirip.
Gerakan kepala dalam
membaca akan mengurangi kecepatan baca karena Anda membutuhkan waktu tertentu
untuk melakukannya. Sebenarnya tanpa menggerakkan kepala seperti itu bahan
bacaan sudah dapat terlihat dan terbaca. Namun dengan gerakan kepala biasanya
seseorang ingin memastikan bahwa apa yang dibaca sebelumnya telah lewat dan
gerakan tersebut mengindikasikan proses perpindahan ke bahan bacaan berikutnya.
Kebiasaan
menggerakkan kepala muncul dari kebiasaan membaca per suku kata atau membaca
kata per kata. Pada proses membaca seperti ini, bahan bacaan dikelompokkan
dalam satuan terkecilnya yakni kata per kata atau bahkan Cuma per suku kata.
Dengan demikian kecepatan baca akan terbatas meskipun tidak selambat orang yang
membaca dengan vokalisasi atau gerakan bibir.
Dengan menghilangkan kebiasaan ini
biasanya sekaligus akan menghilangkan kebiasaan membaca kata per kata dan mulai
berusaha menangkap beberapa kata sekaligus.
Cara menghilangkan
kebiasaan buruk ini dengan menempatkan jari di pipi kanan Anda ketika membaca.
Lakukan hal tersebut dan rasakan ketika kepala Anda mulai bergerak dan jari
Anda mulai menekan pipi. Ketika itu terjadi maka sadarilah bahwa Anda telah
menggerakkan kepala dan hindari hal tersebut. Ulangi terus sampai 2-3 minggu
sampai Anda bisa menghilangkan kebiasaan menggerakkan kepala tadi.
Jika menggunakan jari
kurang efektif, coba pakai pensil yang ditempatkan pada pipi Anda. Biasanya
tekanannya akan lebih terasa dan Anda lebih mudah menyadari kapan telah
melakukan gerakan kepala.
d. Regresi
Regresi adalah sebuah
kebiasaan membaca bahan bacaan kemudian mengulangnya kembali karena khawatir
apa yang baru saja dibaca tidak terpahami. Regresi paling sering dialami
mahasiswa yang akan menghadapi ujian apalagi jika sebelumnya tidak punya
persiapan. Ketika membaca suatu paragraf akan muncul perasaan kurang yakin
bahwa paragraf tersebut telah dimengerti kemudian berusaha mengulang lagi dari
awal paragraf atau awal baris sampai beberapa kali.
Ternyata kebiasaaan
regresi ini cukup dominan dimiliki seseorang meskipun sudah bisa membaca lebih
cepat dari orang kebanyakan. Regresi dianggap suatu cara untuk memastikan
pemahaman akan bahan bacaan. Dalam satu halaman, seseorang bisa melakukan
regresi 20 sampai 25 kali.
Pada pembaca cepat,
regresi juga masih terjadi meskipun dalam frekuensi yang lebih jarang. Untuk
menghindari regresi dapat dilakukan dengan berusaha membaca secepat mungkin.
Selain itu Anda dapat menggunakan selembar kertas yang digunakan untuk menutupi
baris yang sudah dibaca sebelumnya. Dengan cara ini tidak ada kesempatan untuk
melihat lagi baris yang sudah dilewati.
Apakah kita tidak
boleh melakukan regresi? Bukankah pengulangan dibutuhkan untuk memahami suatu
bacaan?
Jawabannya adalah Anda boleh mengulang
tapi setelah menyelesaikan suatu bab atau suatu bagian tertentu yang cukup
besar. Pengulangan seperti ini diperlukan untuk menguatkan apa-apa yang sudah
dibaca untuk diingat dan dipahami dengan baik
Jenis-jenis Membaca
Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca
waktu melakukan kegiatan membaca, maka proses membaca dapat dibedakan menjadi:
a.
Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan
menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar
pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis,
baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun pengalaman penulis.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. menggunakan ucapan yang tepat,
2. menggunakan frase yang tepat,
3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. dalam posisi sikap yang baik,
5. menguasai tanda-tanda baca,
6. membaca dengan terang dan jelas,
7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. membaca dengan tidak terbata-bata,
9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya adalah :
1. menggunakan ucapan yang tepat,
2. menggunakan frase yang tepat,
3. menggunakan intonasi suara yang wajar,
4. dalam posisi sikap yang baik,
5. menguasai tanda-tanda baca,
6. membaca dengan terang dan jelas,
7. membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
8. membaca dengan tidak terbata-bata,
9. mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10. kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
11. membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12. membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Membaca dalam hati adalah kegiatan
membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1. membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2. membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,
3. membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4. tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5. mengerti dan memahami bahan bacaan,
6. dituntut kecepatan mata dalam membaca,
7. membaca dengan pemahaman yang baik,
8. dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis
besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (I) membaca ekstensif dan
(II) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca
tersebut,
1) Membaca Ekstensif
membaca
ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :
a) Membaca Survai (Survey Reading)
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :
(a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak(jika ada),
(b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,
(c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).
Membaca survai adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :
(a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat abstrak(jika ada),
(b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,
(c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).
b) Membaca Sekilas
Membaca sekilas
atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak
mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
c) Membaca Dangkal (Superficial Reading)
membaca dangkal
pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini biasanya
dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang
mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
2) Membaca Intensif
Membaca intensif
atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap
apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
a) Membaca Telaah Isi
Membaca telaah isi terbagi atas
beberapa macam yakni,
(1). Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka
sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
(2).
Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for
understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi
kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
(3). Membaca
Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan
membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan
untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar
baris, maupun makna balik baris.
(4). Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang
ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada
bacaan.
(5). Membaca
Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan
membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris,
tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan
sehari-hari.
c.
c
1.
Membaca Bahasa (foreign language reading )
Tujuan utama
membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word power) dan
mengembangkan kosakata (developing vocabulary.
2. Membaca Sastra (Literary Reading).
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra. Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra. Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Selain jenis membaca di atas, membaca juga terbagi atas beberapa macam
yakni,
Membaca Berdasarkan Tingkatannya
Agustina (1990:10) membagi membaca menjadi 4 jenis, yaitu membaca
permulaan, membaca inspeksional, membaca analitis, dan membaca sintopikal.
Lebih lanjut jenis membaca tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Membaca Permulaan
Membaca permulaan dianggap sebagai
membaca tingkat dasar. Ini lebih mengutamakan kegiatan jasmani atau fisik.
Kesanggupan menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang
berada dibalik lambang-lambang tersebut adalah sebahagian kegiatan yang
dilakukannya.
b.
Membaca Inspeksional
Membaca inspeksional berkaitan dengan
masalah waktu yang tersedia untuk membaca. Pembaca hanya mempunyai waktu yang
relatif singkat, sedangkan pembaca harus menyelesaikan.
c.
Membaca Analitis
Membaca analitis bukan hanya sekedar
menyuarakan lambang bahasa dan menangkap makna yang berada dibalik lambang itu
saja, tetapi lebih dari itu, kegiatan mental setelah kegiatan jasmani pada
pembaca jenis ini sangat diperlukan. Karena membaca analitis merupakan membaca
lengkap, baik dan sempurna yang dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas
dengan tujuan menganalisa tentang bacaan yang dibaca
d.
Membaca Sintopikal
Membaca sintopikal ini menuntut pembaca
untuk mempunyai waktu lebih banyak lagi, karena dalam membaca sintopikal pembaca
harus menganalisis lebih dari 1 buku.
Dari keempat jenis tingkatan membaca di atas, membaca sintopikal-lah yang paling berat dan melelahkan. Namun membaca sintopikal atau membaca perbandingan ini memungkinkan pembaca memperoleh kepuasan, karena banyak informasi yang dapat diperoleh dengan membaca pada tingkatan ini.
Dari keempat jenis tingkatan membaca di atas, membaca sintopikal-lah yang paling berat dan melelahkan. Namun membaca sintopikal atau membaca perbandingan ini memungkinkan pembaca memperoleh kepuasan, karena banyak informasi yang dapat diperoleh dengan membaca pada tingkatan ini.