Pernahka’
bermimpi menikmati air hujan di atas bukit teritinggi dan mauka bawaki pulang
pelanginya ke halaman rumahku. Ah tapi mustahilki kurasa karena tidak adapi
satupun setapak yang saya tau untuk
bawaka ke atas bukit. Tpi tidak, setelah kukenalki dia. Pelita yang buatki
naluriku tersentak sedemikian hebat dan na buatka mengerti kehadiran hitam.
yang buatka mengerti kalau tidak ada itu sesuatu yang mustahil terjadi.
Mimpiku… bisama liatki, walau setapak yang harus kulalui itu sangat curam dan
terjal, penuh belukar… bisamaka liatki…
v Sesi
kuburan (PAGI)
Alur
flash back: aku lajang yang jalang seorang pemuda yang berhasil membawa pelangi
tepat di atas kuburan ayahku, bercerita tentang kesakitanku menikmati
rinai-rinai hujan sebelum berhasil menggenggam pelangi. Seoarang pemimpi yang
selalu tidak sengaja untuk menentang adat.
Ay:
bapak, rinduka kurasa mau berladang lagi sama kita, menuai padinya orang
bersama-sama. Maafkanka kalau selama ini tidak jadika anak yang bae, kutentangi
adatta yang setiap malam kita ceritakanka. Tapi, kusayang sekaliki kodong, dan
liatma sekarang (sambil berlinang air mata)…
Mengingat
masa lalu
v Sesi
sawah (MENJELANG MAGRIB)
Ay:
oo bapak, kapanpi itu di kira-kira baru panen ki? (santai di pematangan sawah)
Bapaka:
kenapaika?
Ay:
tidakji …
Terdengar
suara adzan dan mereka bergegas pulang.
Bapak:
ayomi pulang (membawa peralatan sawah)
v Sesi
rumah saat makan malam
Ay:
mama, tadi to cerita-ceritaka sama guru bahasa indonesiaku tentang Makassar,
bagusna paeng di.. mauka kurasa kuliah di sana.
Adek
3: (berhenti makan) male kue apa itu Makassar?
Adek
2: dompala’na ine, bukan kue tolo , mamana’I colleng amma kasra
Adek
1: edede talekangna ine, jngmko sembrang nu bilng disitu. Nda nuliaki itu
bapak’e saki sakimi. Jammoko bermimpi deh.
Ay:
kenapaika? Kenapa ko yang sewot? Ih, kan tidak apa apaji kalo orang bermimpi.
Bapak:
(merelai) sudahmi-sudahmi, taksakko
nanti’e..
5
hari berikutnya: bapaknya sakit dan tidak meladang.
v Sesi
sawah (PAGI)
Adek:
daeng..daeng.. (sambil menangis)
Ayyub:
kenapako?
Adik:
bapak, pulangki dulu cepat. Maumi kapang mati, tdk kelurmi napasna bedeng.
Ayyub;
(lari tanpa berpikir panjang)
v Sesi
rumah (SIANG)
Keluarga
memenuhi rumah dan tampak seorang sandro di sampingnya dengan dupa-dupa.
Ay:
bapakkkkkk (berhamburan)
Susana
tampak kacau. Sang adik terlihat membaca al-quran di samping sang ayah dan yang
lainnya menangis di sudut. Sementara sang ibu memeluk jasad sang suami.
Suasana
tiga hari berikutnya, ayyub masih terlihat murung dan masih tidak menerima
kepergian ayahnya.
Mama:
sudahmi nah, sekarang itu tugasnu doakan
mami bapaknu supaya tenangi di sana, di ampuni dos-dosana dan di lipat
gandakanki semua amal ibadahna.
Ay:
tidak mama, bukan begitu. Kenapa memangika dulu na tidak dibawaki di puskesmas?
Apaji itu sandro? Na’blang guru agamaku tidak ada yang begitu-begitu.
Mama:
jangko bilang begitu nak. Orang pintar itu sandro, dari dulumi itu kalo ada
orang yang sakit, diaji yang obati.
(Ayyub
tidak ingin berdebat semakin larut dengan mamanya dan dia masuk ke kamar.)
(Setelah
kejadian itu, aku dan ibuku berusaha untuk menghidupi ke enam adik-dikku yang
belum tahu apa-apa. aKu hampir putus asa dan berniat mengakhiri sekolahku.
(suasana bekerja aku, ibu, dan, adik).
v Sesi
rumah pada malam hari
Ayyub:
ma, berhentima sekolah de’mauka kurasa bekerja di tokona haji nai’, mauka
bantu-bantuki supaya tidak sessa duduki menjahit begitu
Mama:
janganmeki nak, sekolahmeki karena maumeki juga itu selesai. Mauja bikin kue
baru ade-adenupa yang pergi jualki di pasar.
(Meneruskan
sekolah dan kembali bertemu dengan ibu risna.)
Ibu
risna: bagaimanami sekolahta nak? Mauki lanjut di mana nanti? Ada ini pendaftran
PMJK di universitas Makassar. Ibu kira
mau sekaliki kuliah di jurusan yang berhubungan dengan kebahasaan.
Ay:
tidakji bu. Mauka tetap tinggal disni. Tidak ada bantu-bantu’i mamaku biayai
adek-adekku. Lagi pula dri manaka dapt biaya?
Adaji memang uang kukumpul, uang dri hasil menang lomba menulisku dulu,
tapi mauka pakeki untuk biaya pendaftaran sekolahnya adekku.
v Sesi
sekolah (PAGI HARI)
Ibu
risna: tidak ada sesuatu yang tidak mungkin nak, selama ada usaha dan doata. Haruski
percaya bahwa Tuhan tidak nasiaia-siakanngi hidupta. Hidup ini berjalan, semua
akan ada waktunya. Berbakatki, janganki sia-siakan anugrah yang Tuhan titipkan.
Mungkin kamu cuman perlu berusaha dua kali lebih keras dari orang lain.
Yah
begitulah ibu risna, orang yang paling berjasa dalam hidupku. Orang pertama
yang membuatku bermimpi. Yang menjadi inspirsi
dan mampu mengatakan “aku berbakat” di saat tak ada yang menghargai
keberadaanku. Sebulan berlalu saat aku mengikuti tes PMJK. Dan hari ini kulihat
namaku dipreteli oleh beberapa siswa yang mengharapkan kelulusn itu.
Alhamdulillah, aku berada diurutan kedua.
Ay:
LULUS…
v Sesi
kembali ke rumah
Tapi
dilema kembali menghantui pikiranku. Bagaimanami harus kukatakan ini sama
mamakku? Darimanama dapatkan biaya untuk ke kota? Bagaimana ku harus menentang
adat? Ini desaku, ini adatku. Jika keluarka, itu berarti aku menentang adat yang
mengharuskan aku, kami, dan sebelum kami untuk tumbuh, menetap, beristri, dan
menghembuskan nafas terakhir di sini. Tabu rasanya, bahkan untuk bermimpi pun tak
boleh.
Ayyub:
mama, janganki marah nah, pammopporanga ma’ sebenarnya selama ini ikutka PMJK
untuk bisa kuliah dan luluska. Mama, izinkanka kodong, bukannya mauka menentang
adat, Cuma mauka ubahki nasibta . Janjika mama, kubuktikanki nanti semua orang
kalau sekolah itu bias merubah nasibta.
Mama:
kitaji saja nak, lakukanmi apa yang mau kita lakukan. Kurestui jeki nak. Kalu
perlu pergika nanti pinjamkanko uang sama tantenu untuk sekedar biaya ke kota.
Sebelum
ke kota, ku sempatkan bertemu dan berterima
kasih pada ibu risna.
Ibu
risna: ini nak, ada sedikit biaya untukmu. Tpi maaf, hanya begini yang bisa ibu
kasiki.
Ayyub:
tdak ushmi bu, terima kasih.
Ibu
risna: tdak, ibu ikhlas. Melihat kau berhasil sja, ibu sudah merasa senang.
Dan
hari ini, tibami saatnya saya pergi
dengan cerita-cerita buruk yang menyertiku dari keluarga adatku. Tapi tidak
pedulija, saya hanya perlu restu dari orang tuaku. Pergika ke kota berbekal
dengan uang hasil tabungan beasiswku, bantuan seadanya dari ibu risna, dan uang
mamaku yang tidak pernahku tahu dari mana asalnya. Tapi tidak, setelah kutauki
dari adekku yang paling bungsu. mamaku ternyata
menjual mesin jahit satu-satunya ia miliki, satu-satunya mata pencaharian yang
bantuki setelah meninggalki bapakku.
Sesi
kota Makassar (siang)
Sampaima
di kota, menumpanga tinggal sama salam, teman smaku dulu. Dia itu teman yang
bae, terutama untuk Tuhannya. Banyakka belajar juga dan terinspirasi dari
sikapnya yang sungguh memuliakan Tuhan.
Hari
pertama berjalan. Fbs, kebanyakan citra negative yang aku dengar dulu, dri
mahasiswa yang tauran, demo anarkis, dan sebgainna. Tapi tidak terlalu
kupeduliji. (tampilkan dokumen2 tentang ospek)
Pmb, yang lebih dikenal dengn ospek, ini bede
salah satu proses yang harus kulewati untuk mendapatkan pengakuan seagai
mahasiswa Fbs. “kalian ada disini, dan itu berarti kalian harus mengikuti
budaya yang ada di kampus ini”, gertak
salah satu dewan bagi raja di kampus. Ada tonji beberapa yang tidak kubenarkan
dari proses ini, dari budaya yang mereka agung-agungkan, tapi tetapji kujalani.
Bercita-citaka supaya suatu saat nanti bisaka hapuski dan ubahki hal yang
seharusnya diubah.
Ospek
berakhir, dan perkuliahan pun dimulai. Hari yang sebenarnya, hari yang berat
baru dimulai hari ini.Seperti kehidupan di kampus lain pada umumnya, ada yang
apatis (here,lidya dan mgfirah), yang hedon (piu, rina, eva, sifra, febri dkk),
yang antusias ( fatma,salam, ibnu, eki),dan yang kocak ( ayu dkk). Aku tak tahu diri ini termasuk mahasiswa yang
bagaimana.( shoot Susana belajar mengajar di kampus : Pak Juanda n Pak Sultan)
Tapi
Alhamdulillah, aku betah, aku punya banyak teman yang sepaham denganku, di
organisasi (shoot aspirasi) dan kelas (diskusi).Terlebih lagi perempuan itu, Dia
Fatma, perempauan yang termanis yang pernah kukenal. Dia ramah, kaya tapi dia
tidak pernah mempedulikan statusku. Aku nyaman dengannya.
Fatma
: Yub, mauka minta tolong, bisa ji toch ?
Ayyub
: Knapaki ?
Fatma
: bisaki temanika ke perpus? ( membujuk)
Ayyub
: capekka dech…nanti pi di ?
Fatma
: ( muka cemberut)
Ayyub
: yeee… mo’jo’ sie. Ayo mo ple !!! jang meki begitu belach, tidak sampe hatika
lihatki, tmbah maniski kulihat ( meledek ).
Di
satu sisi aku sangat bahagia dengan kehadiran sosok Fatma di sampingku, tapi di
sisi lain banyak orang yang meliht sebelah mata hubungan ini.
Mala
: ihh…tidak serasinya itue
Ratna
: Hmmm…betul sekali. Kalo peribahasanya bagai langit dan bumi.
Saat
itu, Ayu, Anna, dan Baya kebetulan lewat dan mendengar perbincangan Mala dan Ratna.
Ayu
: Eh, Baya. Masa’ Ayyub sama Fatma pacaranki!
Anna
: aii cemburukumi gank (sambil melirik baya)
Baya
: Aaaaa tidak bisa, tidak mungkin itu.
Ayu
: duluan ka dulu nagh !
Ternyata
saat itu, si gokil ( Ayu ) berlari ke kelas.Dalam suasana mahasiswa yang sibuk dengan urusan
masing-masing, Ayu datang membuat suasana itu menjadi gaduh.
Ayu
: Woi…oii…skandal baru di kelas B. Fatma sama Ayu pacaran..
Rina
: Masa’ ? apa kata dunia ???
Sipra : Iya kagh ? ihh… tidak percyaka.
Ayu
: Seriuska…ada sekarang di perpus landing.Ayo kesanaki kalo tidak percaya.Itue
kwdonk cemburumi Baya.
Asma
: apa tonk si hubunganya sama Baya ?
Ayu
: Mmmm blumpi pale km tau, itu Baya nakssirki sama Ayyub
Tak
lama setelah kegaduhan itu, Baya datang dengan raut eajah yang mendung…
Irma
: Aiii….cemburuma saya…( menyinggung)
v Sesi
di kost (SIANG)
Seperti
di kampung, hidupku seadanya disini. ( dishoot…makan di kost dengan menu intel,
bekerja sebagai menjual tulisan pada
penerbit sampai menjadi tukang batu ).
v Sesi
di tempat kerja (SIANG)
Ayyub
bekerja dengan tetap semangat walau keringat membasahi sekujur tubuhnya karena
sangat kelelahan dia pun beristrahat, tiba tiba di kejutkan dengan suara mandor
Mandor
: mauko kerja atau mauko apa?
Ayyub
langsung pergi kerja. Fatma yang tidak sengaja lewat dan melihat ayyub.
Ayyub
: alhamdullillah, makasih ya Allah.(kasi’ uang oleh mandor, SAMBIL MENGHITUNG
UANG)
Sementara
itu, ibu di kampung harus kuat menutup telinga dari sumbang-sumbangan tetangga
yang meragukan ushaku menuntut ilmu, mengukir hidup di kota.
Ibu
1 : kasianta di’ ? ( merujuk ke ibu Ayyub)
Ibu
2 : Iya, apa mi itu nakerja anakmu di Makassar ?
Mama
: Kuliahki anakku di UNM.
Ibu
2 : Eh, tidak percayaka, kuliah itu banyak biaya nabutuhkan
Ibu
1 : apalagi Makassar itu bagaimana, rawan
kejahatan, apa2 mahal, mau tinggal dimana. Jangan sampe jadi gembelji di kota…
Mendengar
hal itu, ibu berlalu pergi dengan
membendung air mata.
v Sesi
kampung (PAGI)
(Ibunya
menangis sambil memikirkan suaminya ketika
masih hidup)
Pa’
sungguh berat beban deritaku, harus menghidupi ke 7 anak’ta , pa’ tidak
sanggupmeka kurasa hidup begini(pikir
wajah suaminya)hmhmhm tapi demi harapanta,, demi cita2ta haruska’ tetap
hidup…(sambil meneteskan air mata).
Adik
3 : mama, knapaki menangis ?
Mama
: tidak tau apa masuki mataku, nak ! (berusaha menutupi derita batin)
v Sesi
Kampus (PAGI)
Pyou:
dari mana ko kemarin, we padahal kerennya kau filmnga.
Ayyub:nda…a..a.a.nu,
lagi kerja ka tugas
(tiba2
tiba datang fatma bersama )
Fatma
: tugas jadi buruh bangunan?
(Ayyub
terdiam)
Fatma: nyantemeki, tdak apa-apaji, justru kagumka
dengan orang seperti kita. Bekerja tanpa harus diketahui orang lain.
(
di shoot makan bersama dg Fatma di warung, belanja di minimarket. Namun Fatma
yg membiayai semua itu )
Bertambahlah kekagumanku dan
kedekatanku dengannya. Dia betul-betl pendengar yang baik. Aku mulai
mencintainya, tapi aku tidak mau membebaninya dengan statusku yang jauh lebih
berbeda. Aku takut mengatakannya, jadi kubiarkan saja terus seperti ini.
Mengalir, tapi aku yakin dia tahu kalau aku sungguh menaruh hati pada pribadinya.
Tak
berharap lebih, tapi bermimpi untuk menaruh hati di kantung matanya…
Dia
tak tahu dan tidak akan pernah kuberi tahu….
v Sesi
di warkop Cora ( Malam )
Suasana
tampak beberapa mahasiswa yang tergolong tajir sedang nongkrong sambil OL.
Rina
: Fatma, apanya itu Ayyub kau suka kagh ?
Fatma
: ada tonk ha yg tidak kau tau.
Ibnu
: Tapi, tidak malu ko jalan ma dia, tak ada modal.
Fatma
: Aiii, tidak pedulikak bilangki apa, saya ji yang jalani ini, bukan
kalian.Yang pastinya ada sesuatu yang saya temukan sama dia dan itu tak adapada
orang lain, ( pergi karena jengkelnya )
Dua
tahun berlalu, dan ayyub masih tetap saja miskin. Melihat ayyub yang sedang
melamun, piu pun datang dan menghampirinya
Piu:
woi, kenapako siang bolong begini melamun? Edede pasti kau lammunkanki lagi
fatma to?
Ayyub:
tidakji…
Piu:
edede jangan lalomeko sembunyikanki, ceritameko, sapa tau bisaka bantuko.
Janganmeko pedulikan perkataannya pa’ mappasesse kalo orang sipit itu tidak
bisa dipercaya. Hehehe becandaji..
Ayyub:
tidak, anu… kau taumi to bagemana kehidupanku. Saya ini orang miskin, benarki
tawwa nabilang ana-ana, kalo tidak sepantasnyaka berada disini. Orang kere kok
masih tetap memikirkan pendidikan.
Piu:
kenapako bilang begitu? Kukira biasameko dibilangi begitu?
Ayyub:
capekkama piu, capek sekalima. Selama ini sudah semuami kurasa kulakukan apa
yang bisa kulaukan tapi Sampe sekarang
masih tetap tongja miskin. Masih tetap dihina. Jenuh ma kurasa terus begini. Sepertinya titik jenuhku sudah
sampaimi pada klimaksnya. Merasahka kalau semua doa dan usahaku selama ini
tidak pernahji dikabulkan Tuhan. Tetapja
hina.
Piu:
janganmeko pikirkanki tolo, yah begitumi Tuhan memang tidak pernah adil. Dari kecil
mace paceku berpisah dan haruskak tinggal sama nenekku karena mereka semua
kawin lagi, terlebih lagi ada semuami anaknya. Tidak pernahka dipedulikan.
Tidak adil to? Dari pada kau pusing-pusing pikirkanki ketidak adilannya
Tuhanmu, bagemana kalo sebentar malam
pergiki malming dan menikmati suasana malam kota Makassar. Hitung-hitung
refresingmeko juga. Na’bilang my broku, belumpeko injakki Makassar kalo belum
pernah peko pergi ke nusantara dan sekitarnya.
Ayyub:
ada apakah itu di nusantara? Kaya tempat makan-makan kuliner khas nusantara
iyo?
Piu:
hahaha, bukan dongo, pergimeko saja, nantipi nuliatki, pasti bakalan seru…
dijamin, kalo tidak seru uang kembali… hahahah, kalo mauko kujemputko sebentar
malam di kostmu.
Ayyub:
iyo pale nantipi diliatki.
(Ayyub
memikirkan ajakan Piu )
Karena
rasa penasarannya, ayyub pun memenuhi ajakan piu. Dan malam harinya ( shoot
pantai losari dan suasana malam kota Makassar )
Lama
Salam menunggu kedatangan Ayyub, sudah pukul 2 malam ia tak Nampak. Kemudian Ayyub yang datang dengan keadaan ngantuk berat
dan tidak biasanya ayyub pulang selarut malam itu…Melihat hal itu, Salam kaget.
Salam
: Astagfirullah… bau lakoholko? Eh, alkohol maksudku, sorry salh ucaT, Wei sudahko minum pasti to?
Salam
menghampiri Ayyub…dan menamparnya,,
Salam
: wei, sadar jeko itu ??? keluargamu
susah payah di kampung sementara apa yang ko lakukan disini…. Kenapako begini
kah? beginimi janjimu sama bapakmu ???
Ayyub
: sudah mo deh, nda usahmoko urusi urusanku,,,hhoammm…ngantukka. ( langsung
pergi tidur)
Salam:
aztagfirullah, bahwasanya ibaratnya kodrat manusia adalah berbakti kepada
tuhannya, berbakti kepada orang tua, dan kepada sesama dan segala sesuatunnya
akan di mintai pertangguggjawabannya..apakah sebenarnya tujuanmu ke
makasaar?(lama tidak menjawab salam menoleh kea rah Ayyub)salam dengan wajah
jengkel sambil menggelengkan kepala).
v Sesi
di DG (SIANG)
Ayyub
melamun memikirkan kejadian pada malam itu
Fatma
: kenapaki?
Ayyub:
tidakiji.
Fatma:
kenapa 3 hari belakangan ini tidak pernahki masuk kuliah dan tidak ada kabar’ta?
Ayyub:
tidakji, pergimeki dulu , mauka sendiri!
Fatma:
oh iye, tapi kalo ada yang mau kita cerita panggilma saja.
Ayyub
akhirnya sadar, aztagfirullah … apa yang telah kulakukan? Tidak seharusnya sya
begini. Sudah kukecewakanmi semua orang-orang yang sayang dan percaya sama
saya. Bagaimanami kalo sampai mamakku, fatma, dan keluargaku di kampung kalo sampai natauki.
Huhhh..
Ayyub
sadar, dan segera mencari salam untuk meminta maaf atas kelakuannya malam itu.
Ayyub:
salam, maafkanka nah, tidak seharusnya saya begini. Khilafka pada saat itu. Kau
taumi to, bagaimana beratnya hidupku selama ini. Kauji temanku yang kupunya
disini.
Salam:
jangan cuman minta maaf sama saya, minta maafko juga sama ALLah Swt, terutama
waktu ku’nasehatiko baru tidurjeko pale…
Ayyub:
hahaha, iyo pastimi itu.
Terdengar
suara azan dan mereka pun bergegas untuk ke musollah.
Salam:
aztagfirullah dzuhurmi pale, ayomi sholat sekalian ko bertaubat.
Ayyub:
ok, ayomi…
Setelah
kejadian saat itu, aku semakin sadar akan tujuanku berada di sini. Aku teringat
dnkemudian yakin Tuhan tidak akan menyia-nyiakan hidupku. Aku kembali menekuni
hobiku, menulis dan kembali aktif di organisasiku (shut kegiatan aspirasi pada
saatberdiskusi dan sebagainya). Aku lumayan disukai oleh teman-teman di lembagaku
karena aku seorang yang loyal dan pekerja keras, kata mereka. Aku selalu
mempunyai ide-ide kreatif untuk membangun lembaga di kampusku. Di lembaga, kami
mempunyai program-program kerja yang sangat berkualitas. Kami selalu melakukan sesuatu
yang bermanfaat terutama di bidang pendidikan. Kami mempunyai banyak prestasi
diantaranya (tampilkan dokumentasi kegiatan proker dan beberapa piala). Tidak
hanya di lembagaku, lembaga lainpun seperti itu (shut kegiatan-kegiatan di
lembaga-lembaga lain). Jurusan kami merupakan satu-satunya jurusan yang
terbanyak dan terlengkap di dunia dan itu diakui. Satu lagi yang baru kutau
dari kampus ini, baruka tauki sisi lain lain dari kampus ini, setelah
bergabungka dengan mereka. Mereka yang berkualitas, para-para pemikir yang
betul-betul peka terhadap lingungan sekitar. Pemikran awamku tentang citra
kampusku yang mereka citrai negtaif, semakin terkikiski setelah mampuka
buktikanki snediri. Alhamdulillah, dapatka juara satu dari perlombaan karya
tulis ilmiah mahasiswa se-indonesia.
Sekarang
cahaya terang itu mulai samar. Awan itu
terasa semakin dekat untuk kusentuh. Sekarang aku telah lulus meski dengan
waktu 5 tahun. Meski lagi-lagi ibuku harus menulikan telinganya dari
cerita-cerita buruk tentang saya di sini.
Warga:
kenapami itu anakmu na belumpi selesai? Apami itu na bikin di sana?
Yah
begitulah, karena difikiran mereka selama ini sarjana S1 itu hanya ditempuh
dengan waktu 4 tahun.
Alhamdulilah
lulusmeka dengan IPK tertinggi di angkatan wisudaku. Ini semua tidak lepas dari
bantuan fatma, salam, piu yang akhirnya sadar dan bersungguh-sungguh
menyelesaikan kuliahnya, dan teman-temanku yang sungguh menyayangiku (shut
kegembiraan saat di wisuda )
Kini
saatnya saya pulang membawa pelangi yang kumimipikan untuk ibuku. Mustahil jika
pada saat itu, mereka yang melihatku pulang dengan erhasil meraih gelar S1,
yang tidak merasa bangga. Jangan ditanya lagi. Orang yang paling menagisiku
adalah ibuku dan tentu ibu risna, dian (pelita) yan membuatku berani bermimpi
dan menentang adat (shut saat-saat mereka bertemu).
v Sesi
kuburan (PAGI)
Kembali ke kuburan bapak
Ayyub
: Bapak, sengajaka datang kesini sebelum pergikak ke Jogja intuk lanjutkanki
S2ku… Restuika sekali lagi bapak. Dan aku akan berjanji menjaga ibu dan
adik-adik untukmu…
Aku
beranjak meninggalkan kuburan bapakku dan meninggalkan toga di atas batu
nisannya…
Ayyub:
bapak, kutinggalkan toga ini untuk
menemanimu. Kau bisa meraskan bau keringat yang masih tersisa di situ ketika
kau merindukanku.
Proses Pembuatan Fil mPungtuasi |
Sekarang aku menyadari, bahwa di
dunia ini hanya ada dua pilihan, hitam dan putih. Tapi tidak ada manusia yang
benar-benar hitam dan dan yang benar-benar putih. Yang ada hanya abu-abu hitam
dan abu-abu yang mendekati putih….