Majas adalah gaya bahasa dalam bahasa tulis maupun
lisan yang dipakai dalam suatu karangan. Majas dapat disebut cara penulis untuk
mangungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadiannya.
Secara garis besar, gaya bahasa terdiri atas empat
jenis, yaitu majas penegasan, majas pertentangan, majas perbadingan, dan majas
sindiran.
1. Majas penegasan
a. Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa
untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang
ditegaskan.
Contoh:
Reputasi Anda di hadapan para karyawan sangat baik.
Namun, dengan adanya pemecatan karyawan tanpa alasan saya ingin mengatakan
bahwa Anda baru saja menghancurkan reputasi baik itu.
b. Repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau
bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penekanan.
![]() |
Int |
Contoh:
Bukan uang, bukan mobil, bukan juga rumah mewah
yang aku harapkan dari ayah dan ibu. Aku hanya ingin ayah dan ibu ada di sini.
Aku hanya ingin perhatian. Hanya itu, tidak lebih.
c. Aliterasi adalah pengulangan konsonan pada awal
kata secara berurutan.
Contoh:
Budi baik bagai bekal bagi kehidupan kita.
d. Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir
yang sebenrnya tidak perlu.
Contoh :
Darah merah membasahi patriot itu.
e. Paralelisme adalah gaya bahasa yang memakai
kata, frasa, atau klausa yang kedudukan sama atau sejajar.
Contoh:
Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga
harus diberantas.
f. Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan
kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh:
Ia menjadi marah dan murka kepada orang yang
menyerempet motor kesayangannya.
g. Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan
predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
Kubelai rambutnya yang panjang.
h. Ellipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan
beberapa unsur kalimat. Unsur-unsur yang hilang tersebut mudah ditafsirkan oleh
pembaca.
Contoh:
Aku sudah memberimu modal uang, barang, bahkan
waktuku bersama keluarga, tetapi hasilnya ....
i. Retoris adalah gaya bahasa untuk menanyakan
sesuatu yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan tersebut.
Contoh:
Siapa yang ingin hidup bahagia?
j. Klimaks adalah gaya bahasa yang berupa sususnan
ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat
kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh:
Perjuangan ini seharusnya berguna bagi diri kita,
saudara, orang tua, nusa bangsa, negara, dan agama.
k. Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menentukan
satu hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada hal atau
gagasan yang sederhana.
Contoh:
Persiapan pemilihan umum telah dilaksanakan secara
serentak dari Ibu Kota Negara, ibu kota-ibu kota provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia, hingga di tingkat RW maupun RT.
l. Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan
pengulangan kata yang sama, tetapi maknanya berlainan.
Contoh:
Ada dua buah rumah kaca di halaman rumah Pak
Saiman.
m. Pararima adalah bentuk pengulangan konsonan awal
dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
Bolak-balik, lika-liku, kocar-kacir.
n. Koreksio adalah gaya bahasa yang pada mulanya
menegaskan sesuatu yang dianggap kurng tepat, kemudian diperbaiki.
Contoh:
Anak-amak silakan pulang, maaf, silakan keluar !
o. Sindeton adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan
suatu kalimat atau wacana yang setiap bagiannya dihubungkan oleh kata
penghubung. Bila kata penghubung yang digunakan lebih dari satu atau banyak
disebut polisindeton. Namun bila kata hubung tidak dinyatakan secara langsung
atau dilesapkan, disebut asyndeton.
Contoh polisyndeton :
Dimana orang-orang berdedikasi dan berpendirian dan
loyal mengabdikan dirinya ?
Contoh asyndeton :
Dan kesetiaan, keikhlasan, pengorbanan, rela mati,
mereka menegakkan keadilan.
p. Eklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata seru.
Contoh:
Wow, sungguh luar biasa! Ternyata kamu mampu
membuat lukisan sekelas Afandi.
q. Alonim ialah penggunaan varian dari nama untuk
menegaskan.
Contoh:
Mae adalah varian dari Maemuna yang dalam sinetron
“munajat cinta” di RCTI, 2008.
r. Interupsi adalah gaya bahasa yang menyisipkan
keterangan tambahan diantara unsur-unsur kalimat.
Contoh:
Orang bilang, istri juragan haji, tetua di
kampungnya yang sudah naik haji berulang-ulang, sombongnya minta ampun...
s. Preterio adalah ungkapan penegasan dengan cara
menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh:
Lupakan semua ucapannya, anggap saja angin lalu.
t. Silepsis adalah gaya bahasa dengan menggunakan
dua konstruksi sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung. Namun, hanya salah
satu konstruksi yang maknanya utuh.
Contoh:
Fungsi dan sikap bahasa.
Seharusnya: fungsi bahasa dan sikap bahasa.
2. Majas Sindiran
a. Ironi adalah gaya bahasa untuk mengatakan suatu
maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan
maksud tersebut.
Contoh:
Manis sekali teh ini, gula mahal ya?
b. Sarkasme adalah gaya bahsa yang berisi sindiran
kasar.
Contoh:
Mulutmu harimaumu
c. Sinisme adalah sindiran yang berbentuk
kesangsian cerita yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan hati.
Contoh:
Pemimpin itu benar-benar adil sehingga seluruh
rakyat hidup dalam kemewahan.
d. Antifrasis adalah gaya bahasa ironi dengan kata
atau kelompok kata yang maknanya berlawanan.
Contoh:
Lihatlah sang perjaka tampan tela tiba. (maksudnya
si buruk rupa)
e. Inuendo adala sindiran yang bersifat mengecilkan
fakta sesungguhnya.
Contoh:
Mari kita simak sepatah dua patah kata sambutan
dari ketua panitia.
3. Majas Pertentangan
a. Antithesis adalah gaya bahasa yan mengungkapkan
suatu maksud dengan menggunakan kata-kata yang saling berlawanan.
Contoh:
Tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, semua
menghadiri rapat raksasa itu.
b. Paradoks adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan
2 hal yang seolah-olah saling bertentangan namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh:
Dia memang menejer tersohor tetapi nyalinya kecil.
c. Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang
sama.
Contoh:
Keramah tamahan yang mencelakan.
d. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung
ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh:
Arjuna saling mengirim sms dengan srikandi untuk
melepas rasa rindu.
e. Kontradiksi interminus adalah gaya bahasa yang
berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelunya.
Contoh:
Siswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk,
kecuali panitia lomba.
4. Majas perbandingan
a. Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan
dua hal benda secara singkat dan padat.
Contoh:
Buku adalah jendela ilmu
b. Sinestesia adalah gaya bahasa yang mempertukarkan
dua indera yang berbeda.
Contoh:
Febri sangat manis saat memakai rok ke kampus
c. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti, layaknya, bagaikan, bagai,
ibarat, umpama, bak dan laksana.
Contoh:
Hubungan Ayu dan Wahda tidak pernah akur, bagai
kucing dan tikus.
d. Alegori adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan
suatu hal melui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
Cicak dan buaya (fabel)
e. Alusio adalah gaya bahasa yang berusaha
menyugestikan kesamaan antara orang tempat atau peristiwa.
Contoh:
Semangat Bandung Lautan Api menggelora di hati
kami.
f. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan
nama merek atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda.
Contoh:
Thunder selalu setia menemani Asri tiap kali ia ke
kampus.
g. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan
nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
Terima kasih, dokter!
h. Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang
menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal
yang bukan manusia.
Contoh:
Jakarta menjadi jantung perekonomian Indonesia.
i. Aptronim adalah gaya bahasa yang mengandung
penyebutan seseorang sesuai dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh:
Si cebol berlari kencang sambil membawa bola
melewati lawan-lawannya.
j. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebihan.
Contoh:
Senyuman Ibnu melemahkan sendi-sendi tubuhku hingga
aku tak berdaya.
k. Litotes adalah gaya bahasa yang berupa
pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh:
Goresan pena ini adalah hadiah untuk ibu.
l. Hipokorisme adalah gaya bahasa yang penggunaan
katanya mengandung hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.
Contoh:
“kehidupan itu kejam, nak. Sadis! Bahkan samapi
diluar nalar manusia. Untung kamu tidak perlu melihat itu semua”’
m. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
Contoh:
Ombak itu menyapaku dengan lembut.
n. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
1) Pars pro toto (menyebut sebagin hal untuk
menyatakan keseluruhan).
Contoh:
Saya belum melihat batang hidungnya.
2) Totem pro parte (menyebutkan seluruh hal untuk
menyatakan sebagian)
Contoh:
Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan
Korea.
o. Eufimisme adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata halus atau lebih pantas untuk mengganti kata-kata yang dipandang tabu
atau kasar.
Contoh:
Anak itu lamban dalam menerima pelajaran dari
gurunya.
p. Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggantikan
suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat beruap
nama tempat, nagara, benda atau sifat tertentu.
Contoh:
Berlibur di Pulau Dewata adalah impianku. (Pulau
Dewata = Bali)
q. Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan
suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat. (tikus
merupakan simbol koruptor)