Puisi berdasarkan zamannya dapat
dibedakan menjadi puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Hampir semua
puisi lama dibuat dengan sangat terikat pada aturan-aturan yang meliputi: 1)
jumlah kata dalam satu baris, 2)jumlah baris dalam satu bait, 3) persajakan
(rima), 4) banyak suku kata pada tiap baris, dan 5) irama (ritma).
![]() |
Int |
Adapun pusi baru sudah mulai
menginggalkan aturan-aturan dalam puisi lama. Hanya saja dalam puisi baru masih
memerhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya.
Sedangkan puisi kontemporer sudah jauh
lebih bebas dari segala aturan seperti yang ada pada puisi lama dan puisi baru.
Puisi kontemporer biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya. Misalnya rima,
irama, dan yang lainnya, tidak lagi terlalu diperhatikan dalam penyusunan
pusisi kontemporer.
1. Puisi
lama
Puisi lama lahir
sebelum penjajahan Belanda dan masih murni berciri khas Melayu. Puisi lama
terdiri dari: mantra, bidal, pantun dan karmin, talibun, seloka, gurindam dan
syair.
a. Mantra
merupakan puisi tua. Keberadaannya pada mulanya bukan sebagai karya sastra,
melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
b. Gurindam
adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (india), yang sajak akhirnya berirama
a-a ; b-b ; c-c , dan seterusnya. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas
yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat. Contoh:
Kurang pikir kurang siasat
(a)
Tentu dirimu akan
tersesat (a)
Barang siapa yang
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada
bertiang (b)
Jika suami tiada
berhati lurus (c)
Istri pun kelak akan
menjadi kurus (c)
c. Syair
adalah puisi lama yang berasal dari Arab, dan memilki ciri-ciri sebagai
berikut: 1) setiap bait terdiri dari empat baris, 2) setiap baris terdiri dari
8-12 kata, 3) bersajak a-a-a-a, dan 4) semuanya isi, tidak ada sampiran
d. Pantun
adalah puisi melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
Ciri-cirinya adalah : 1) setiap bait terdiri dari4 baris, 2) baris I dan II
adalah sampiran, 3) baris III dan IV adalah isi, 4) bersajak a-b-a-b, dan 5)
setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
e. Bidal
adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya,
hingga orang lain mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta maksud
dalam hatinya sendiri. Biasanya berisi
nasihat, sindiran, peringatan, dan sebagainya. Menurut penggunaannya
bidal dapat diklasifikasikan menjadi: pepatah, perumpamaan, tamsil, ibarat,
amsal, pemeo, dan lain sebagainya.
2. Puisi
Baru
Puisi baru adalah puisi
yang terpengaruh gaya bahasa Eropa. Penetapan jenis puisi baru berdasarkan
jumlah larik yang terdapat dalam setiap bait. Jenis puisi baru dibagi menjadi
distichon (puisi dua baris), terzina (puisi tiga baris), quatrain (puisi empat
baris/seuntai), quint (puisi lima seuntai), sextet (puisi enam baris), septim
(pusi tujuh baris), stanza (puisi delapan baris), dan soneta.
3. Puisi
Kontemporer atau Puisi Modern
Puisi modern adalah
puisi yang berkembang di Indonesia setelah masa kemerdekaan. Adapun puisi
kontemporer dapat dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
a. Puisi
tanpa kata yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat
ekspresinya. Sebagai gantinya digunankan titik-titik, garis, huruf, atau
simbol-simbol lain.
b. Puisi
multilingual yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari
berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
c. Puisi
tipografi yaitu puisi yang memandang bentik atau wujud fisik untuk memperkuat
ekspresinya.
d. Puisi
supra kata yaitu puisi yang menggunakan kata-kata konvensional yang
dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam
kosakata bahasa indonesia. Puisi jenis ini mementingkan aspek bunyi dan ritme.
e. Puisi
idiom baru yaitu puisi yang tetap menggunakan kata sebagai alat
ekspresinyanamun dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru atau diberi nyawa
baru.
Puisi Mbeling yaitu
puisi yang mengandung unsur humor, bercorak kelakar. Dalam puisi ini sering
terdapat unsur kritik, terutama kritik