Definisi
paragraf
Menulis. Pargaraf itu Penting untuk menunjang sistematika tulisan (Fhoto : int.) |
Dalam
penggabungan beberapa kalimat menjadi sebuah paragraf itu diperlukan adanya
kesatuan dan kepaduan. Yang dimaksud kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam
paragraf itu membicarakan satu gagasan saja. Yang dimaksud kepaduan adalah
keseluruhan kalimat dalam paragraf itu secara kompak atau saling berkaitan
mendukung satu gagasan itu.
2.2.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya
kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya
memiliki satu pikiran utama.
1.
Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika
seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu
topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang
menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu
terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Perhatikan
paragraf di bawah ini!
Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Wates, Kecamatan
Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, serta sekitar 100 hektare di
Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diserang hama keong mas. Agar
serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan Dinas
Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan Kepala Dinas Peternakan dan
Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa (18/4), meminta agar petani
melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di depan) petani di Desa
Baleadi, Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah peternak mau membeli keong
mas untuk dijadikan pakan itik. (“Kilasan Daerah”, Kompas, 19 April 2006, h.
24)
Jika
paragraf di atas kita cermati, nyatalah bahwa paragraf di atas membicarakan
satu topik saja, yaitu serangan keong mas. Kalimat pertama membicarakan
serangan keong mas pada tanaman padi di tiga kecamatan dalam dua daerah
kabupaten di Jawa Tengah. Kalimat kedua membicarakan langkah pencegahan peluasan
serangan hama keong mas. Kalimat ketiga membicarakan adanya peternak yang mau
membeli keong mas.
2.
Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran
kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan
cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa
penghubung antarkalimat.
Perhatikan
sekali lagi paragraf di bawah ini!
Sampah yang setiap hari kita buang sebenarnya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik, dan sampah anorganik. Sampah
organik adalah sampah yang mudah membusuk. Contohnya, sisa makanan dan
daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah adalah sampah yang
sulit atau tidak dapat membusuk. Contohnya, plastik, kaca, kain, karet, dan
lain-lainnya.
Pengulangan atau repetisi kata kunci sampah, sampah organik,
dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat dalam paragraf itu jalin-menjalin
menjadi satu kesatuan paragraf yang padu. Penggunaan kata ganti -nya yang
mengacu kepada sampah organik dan sampah anorganik selain menjalin kepaduan
juga membuat variasi penggunaan kata untuk menghindarkan kebosanan pembacanya
(Bandingkan jika kata ganti -nya dikembalikan ke kata acuannya, yaitu sampah
organik dan sampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama orang hendaknya dibuatkan
variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang merujuk ke pengertian yang
sama untuk menghilangkan pembacanya.
Perhatikan
contoh penggunaan repetisi yang variatif dalam paragraf berikut ini!
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini
adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat terpilih menjadi
presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat
dikatakan nyaris buta. Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di awal masa
jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga
mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kiai dari Jawa Timur
tersebut juga sering mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan
inkonsisten. Akibatnya, dia sering diminta untuk mengundurkan diri dari
jabatannya. Namun, mantan ketua PBNU itu tetap pada prinsipnya dan tidak
bergeming menghadapi semua itu.
(Lamuddin
Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Insan Mulia), h. 154.)
Dalam
paragraf di atas, Presiden Abdurrahman Wahid digantikan dengan Gus Dur;
Presiden ke-4 Republik Indonesia; Kyai dari Jawa Timur; dia; mantan ketua PBNU.
Selain penggunaan kata gantinya, dalam paragraf di atas digunakan kata sambung
bahkan dan kata kata penghubung antarkalimat akibatnya dan namun.
3.
Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama
atau gagasan pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran
utama, paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar
tetap memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh
pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam
bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran
utama.
2.3.
Jenis paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan kawan-kawan,
Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis.
Criteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Namun
karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama tersendiri
bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak kalimat utama
sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut, jenis
paragraf dibedakan sebagai berikut.
1.
Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Gorys
Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan
sifat dan tujuannya sebagai berikut.
a)
Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka
atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian
karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan
perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag
sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
b)
Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua
paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat
dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf
prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan
paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari
jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif,
eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan
yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa
paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada
paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c)
Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk
mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini
mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan
haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang,
tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa
paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul
mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
2.
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf,
dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf
sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf
berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan
kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama
dalam paragraf.
a)
Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau
kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi
menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode
berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf,
ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar.
Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat
utama terletak di awal paragraf.
Contoh
:
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini
belum dapat dikatakan seragam.
Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan
mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan
oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah
terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan
penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas
menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan
utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu pemakaian
bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.
b)
Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal
yang khusus ke hal yang umum.
Contoh
:
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti
beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan.
Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup,
dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk
berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan
sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan
harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf
(Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang
Lebaran pada setiap tahun.
c)
Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal
dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan
penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas
ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf
campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
Contoh
:
Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan
dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah
bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Gagasan
utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf, yaitu buku merupakan
sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan penegasan ide pokoknya terdapat
dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa buku sangat berpengaruh dalam
kehidupan manusia.
d)
Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran
utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini
biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf
tanpa kalimat utama:
Contoh
:
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908,
suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil
meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu
orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat.
Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan
membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan
guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996
dalam Keraf, 1980:74)
sSukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam
paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif.
Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan
bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf
tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif atau paragraf deskriptif,
yang merupakan salah satu jenis paragraf yang dibicarakan dalam penelitian ini.
3.
Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a)
Narasi
Narasi
atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
- Biasanya cerita disampaikan
secara kronologis.
- Mengandung plot atau rangkaian
peristiwa.
- Ada tokoh yang menceritakan,
baik manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat
pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat pemungutan suara
selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani, Pak Camat
mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi mendapat 782 suara,
Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi bertanda gambar jagung 316
suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b)
Diskripsi
Diskripsi
adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif
suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang samadengan informasi
yang disampaikan.
Ciri-ciri
diskripsi adalah :
- Bersifat informatif
- Pembaca diajak menikmati
sesuatu yang ditulis
- Susunan peristiwa tidak
dianggap penting
Contoh
:
Pagi
hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman belakang rumah. Matahari
belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Di
depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin pegunungan membelai wajah,
membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang segar sepuas-puasku. Nyaman
rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk sehari kemarin.
c)
Eksposisi
Eksposisi
adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat
meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas masalah yang disampaikan biasanya
dilengkapi dengan gambar, data, dan statistik.
Contoh
:
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mencapai rata-rata 7-8%
pertahun. Dengan demikian, pendapatan perkapita penduduk Indonesia mencapai
beberapa kali lipat. Selain itu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah
penduduk yang dikategorikan miskin juga banyak berkurang.
d)
Argumentasi
Argumentasi
adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta
dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk
mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh
:
Keluaga
berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. Ibu tidak selalu merana
oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah tidak pula terlalu pusing memikirkan
usaha untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya
karena kebutuhan hidup yang terjamin.
e)
Persuasi
Persuasi
adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat,
padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh
siratan isinya.
Contoh
:
Menabung
uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang kita akan mendapat keuntungan
dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah disetor. Uang kita juga akan
terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena itu marilah kita menabung uang
di bank sebagai jaminan masa depan kelak.