Hegel
adalah seorang filosof Jerman yang amat terkenal dan dikenal dengan metode
dialektikanya. Disebut demikian, karena menurut Hegel, jalan untuk memahami
kenyataan itu adalah mengikuti gerakan pikiran atau konsep, asalkan saja
bertitik tolak pada pikiran yang benar, ia akan dibawa oleh dinamika pikiran
itu sendiri. Teori dialektikannya ini diungkapkan melalui tiga langkah yaitu:
mula-mula dua pengertian yang bertentangan, diungkap kemudian baru didamaikan.
Dengan istilah laian, teori ini diungkapkan melalui thesis - antitesis dan
sintesis.
Pada tahapan berikutnya, sintesis akan berubah menjadi tesis baru
yang akan berhadapan dengan antitesis
yang baru pula, dan begitulah seterusnya. Baginya, sebuah kontradiksi adalah
motor penggerak, dia merupakan jalan atau tahapan mutlak yang harus dilalui
untuk mencapai kebenaran Sebagai salah seorang tokoh idealis Jerman, namanya
biasanya disebutkan setelah Johann Gottliieb Fichte -( Flchte ) dan Friederich
Wilhelm Josep von Schelling (Schelling).[1]
Gerakan
filsafat Jerman yang dimulai oleh Emmanuel Kant Itu mencapai puncak
perkembangannya pada filsafat Hegel ini. la termasuk salah seorang
filosof Barat yang paling menonjol dan pengaruhnya (baik yang
positif maupun yang negatif) begitu
besar sampai diluar Jerman. Kebanyakan filosof abad kesembilan belas dan
keduapuluh tidak dapat dikenal atau mengerti pandangan-pandangannya, jika
mereka itu dilepaskan samasekali dengan Hegel.
Filosof eksistensialis (seperti Soren Keirkegaart, Nietzsche, Mark Scheler,
Gabriel Marcel, Sartre, Martin Heidegger dan Kart Jaspers), Filosouf positivist
(August Comte), fllosuf materialist (Ludwig Feuerbach) filosouf materialis
diailektis (Karl Marx, Mark Engels dan Lenin), dan beberapa filsuf beraliran
"neo" yang kembali ke pemikiran sebelum Hegel (neokantianis dan neoskolastik) hanya dapat dimengerti
jika juga dimengerti betapa mereka itu berbeda dengan Hegel.
Riwayat Hidup
George
Wilhelm Friedrich Hegel lahir di Stuttgart Jerman Barat, pada tahun 1770.[2]
Harry Hamersma menyatakan Hegel lahir dl Leonberg Jerman Barat, pada tahun
1775. Tidak diketemukan dalam buku-buku filsafat, tentang siapakah dan bagaimanakah
aktifitas Hegel sewaktu masih kanak-kanak dan remaja, melainkan hanya tahun
sewaktu ia menjadi mahasiswa theologia di Tubingen (1788) dimana kemudian ia
berteman dengan Scheling dan Holderlln.
Hegel muda tidaklah menonjol kehidupan
dan popularitasnya dan ia hanya bekerja sebagai dosen pribadi dan mendapat
kesempatan belajar filsafat di Universitas Jena bergabung dengan temannya,
SchelHng, tahun 1801 dan kemudian menjadi dosen filsafat disana. Tahun 1791 ia
mendapat gelar Doktor dalam bidang theologia , oleh karenanya tidaklah heran
jika karya Hegel yang mula-mula adalah karya tentang agama Kristen seperti;
Trie Life of Yesus dan The Spirit of Christianity. Waktu Jenna diduduki oleh
Napoleon tahun 1806 dan Hegel melarikan diri ke Numberg dan disana kemudian dia
menjadi Kepala Sekolah Gymnasium.[3]
Tahun
1817 Hegel diundang untuk menjadi guru besar di Heidelberg dan
satu
tahun kemudian di Berlin. Di Berlin inilah nama Hegel sangat populer, sehingga
pantaslah jika murid-muridnya menyebutnya dengan sebutan "professor
professorium". Mahasiswanya datang darl mana-mana untuk mengikuti
kuliah-kuliah Hegel ini. Idiallsme Jerman memuncak pada masa Hegel ini dan
Hegel sebagai simbol puncak masa idialisme ini.
Walaupun
waktu itu usianya lebih tua dari Schelling (lahir 1775, meninggal 1854 ). Hegel
menyusun karyanya yang terpenting ketika Schelling sudah menjadi fllosuf
terkenal. Mula-mula ia dianggap sebagai murid Schelling, tetapi lama-kelamaan
ia mandiri dan bahkan banyak berbeda pendapat dengan pemikiran Schelling.
M.R. Cohen (fllosuf Amerika) menyebut bahwa Hegel adalah Filosof besar abad 19. Jika melihat pengaruhnya yang amat besar pada pemikiran Karl Mark, yang terkenal dengan dialektika materialisnya maka pernyataan Cohen itu masuk akal, dimana dalam pengantar bukunya Das Kapital, Mark mengakui sebagai murid Hegel, sekalipun katanya" dialektika saya berlawanan dengan dialektika Hegel".
Suasana
problematik yang melatar belakangi pemikiran-pemikiran Hegel ini, nampaknya
adalah suasana dimana terjadi perpecahan-perpecahan dan silang pendapat dalam
pemahaman dan penerapan iman kristiani (ingat, pada abad ke 16, didunia Kristen
terjadi protes oleh Martin Luther dan juga munculnya aliran CaMnis ) dan
tuntutan pemenuhan (penggunaan) kekuatan akal sebagaimana tercermin dalam
tuntutan revolusi Perancls 1789.
Hegel
berusaha untuk mencari jawaban-jawabannya dengan menggunakan istilah-istilah
sekuler dan meminta bantuan nenek moyangnya orang Yunani (baca .filosof Yunani)
untuk meminta pertolongan. Dalam bukunya, History of Philosophy, ia bahkan
mengatakan bahwa Aristotales adalah filosof Yunani yang sangat penting untuk
dipelajari; dari Plato, kita memperoleh prinsip-prinsip umum yang abstrak
sedangkan dari Aristotales, pemikiran tersebut sudah menjadi kongkrit. (
A.Tafsir, 1994:134 )
Karya-karya
Hegel yang lain dan yang amat penting adalah : Phenomenologi Des
Geistes/Phenomenologi Roh (1807), Wissenschaft der Logik/llmu Logika (
1812-1816), Enzyklopedie der Philosophischen ( 817), dan Grundlinien der
Philosopie des Recht/Garis-garis dasar Filsafata Hukum (1821).
Setelah
kematiannya th.1831, karya-karyanya diterbitkan oleh mahasiswanya. Karya-karya
tersebut antara lain : filsafat kesenian, filsafat sejarah, filsafat agama dan
sejarah filsafat. Karya-karya tersebut diterbitkan berdasar catatan-catatan
kuliah. Hegel dikenal sebagai seorang dosen yang rajin , teliti dan jelas. la
menarik bukan karena keelokan bahasa atau karena suatu mistik tertentu,
melainkan loginya dan falsafatnya yang luas.[4]
Metafisika,
Epistimologi dan Etika Hegel.
Sebagai
filosof yang amat berpengaruh pada bad 19, Hegel adalah juga tokoh idealis yang
amat terkenal, bahkan melebihi Fichte dan Schelling.
Sungguhpun
pemikiran fllsafatnya yang terkenal adalah idealisme dan tentang methode
dialektikannya, bukan berarti pemikiran filsafatnya hanya terbatas pada hal-hal
tersebut diatas saja, melainkan masih banyak yang lainnya, seperti tentang
kebebasan dan kemoderenan (Freedom and Modernity), tentang Politik, (Political
Phylosophy) tentang kepercayaan dan pengetahuan
(Faith and Knowledge), tentang Demensi Agama ( Religious Demension),
tentang hukum, dan tentang sejarah (Phelosophy of History). Dalam tulisan ini
hanya akan diangkat tiga pemikirannya saja, yaitu yang berkait dengan
pemikirannya tentang metafisika, epistimologi dan etikanya saja, yang
kesemuanya itu tidak akan lepas dari methodologi diaiektika yang menjadi trade
mark nya.
Pemikiran
Metafisika Hegel.
Barangkali
tidak terlalu berlebihan jika dinyatakan bahwa stressing pemikiran-pemikiran
filsafat Hegel terletak pada pemikirannya tentang "Geist" (roh atau
spirit), suatu jargon yang diilhami oleh suasana keagamaannya (ingat, dia
adalah doktor theologia). Roh dalam pandangan Hegel adalah suatu yang real dan
kongkrit yang dapat menjelma dalam berbagai bentuk sebagai world spirit yang
menempatkan diri kedalam obyek-obyek khusus. Dalam kehidupan ini, roh itu
merupakan esensi manusia dan esensi sejarah manusia.
Bertens,
dalam bukunya tentang ringkasan sejarah filsafat, menyatakan bahwa metafisika
Hegel ini dimulai dari pembahasannya tentang rasio (Bertens, 1979, hal.68).
Barangkali ini masuk akal, mengingat Hegel adalah filosof idealis. Rasio bagi
Hegel, bukan saja rasio pada seseorang, tetapi terutama rasio pada subyek
absolut, karena dia juga adalah penganut prinsip idealistik, maka pantas jika
dia menyatakan bahwa seluruh realitas harus disetarakan dengan suatu subyek.
Semboyan Hegel yang kemudian juga terkenal adalah bahwa; "semua yang real
Itu bersifat rasional dan semua yang rasional itu bersifat real", Artinya,
luasnya hampir sama dengan luasnya realitas. Seluruh realitas adalah roh yang
lambat laun sadar akan menjadi dirinya, atau dengan kata lain, realitas
seluruhnya adalah proses pemikiran (idea) yang memikirkan dirinya sendiri,
kenyataan itu sendiri dan alasanalasan tersendiri. “The rasional is the real
and the real the rasional, in the sense that reality is the necessary process
by wich infinite Reason, the self-thinking Though, acktualizet itself.[5]
Frost[6]
menyatakan bahwa dalam hal ini Hegel berpendapat bahwa "the process of the
human mind and those of nature are the same. Lebih lanjut Frost menyatakan
bahwa " In both he found what he turned a "dialectical process"
operating. If one studies the mind, he will find it full contrdictions, full of
disagreements, of opposites. But a futher study will reveal that there is a
process in the mind by wich each pair of opposites is reconciled in a synthesis
wich includes both but on a higher level". ( dalam keduanya dia menemukan
bahwa proses dialektik dalam prakteknya, terbalik . Jika seseorang mempelajari
pemikiran Hegel akan menemukan bahwa pemikirannya penuh dengan kontradiksi,
ketidak sepakatan dan pertentangan. Tetapi bila dipelajari lebih lanjut akan di
perhitungkan kembali di dalam "sintesa" yang mana termasuk keduanya
pada tingkat yang lebih tinggi).
Contoh
penerapan metode dialektika dalam hal ini misalnya dapat dilihat pada
penjelasannya terhadap konsepnya tentang idea. Hakekat idea yang berfikir
adalah kerja, atau gerak. Gerak ini bukanlah gerak yang lurus, tetapi adalah gerakan
yang berlangsung dalam gerak yang senantiasa baru dan bertawanan.
Dari gerak
yang saling berlawanan itu timbullah suatu gerak baru, yang didalamnya
mengandung kedua gerak yang mendahuluinya sebagai suatu sintesa yang tarafnya
lebih tinggi. Seluruh proses dunia adalah suatu perkembangan Roh. Sesuai hukum
dialektik roh, meningkatkan dari tahap
demi tahap menuju kepada yang mutlak. Berkenaan dengan perkembangan roh ini
maka filsafat Hegel disusun dalam tiga tahapan yaitu :
a.
Tahap dimana ketika Roh
berada dalam keadaan "ada dalam dirinya sendiri". Ilmu filsafat yang
membicarakan Roh berada dalam keadaan ini disebut Logika.
b.
Pada tahap kedua, Roh
berada dalam keadaan "berbeda dengan dirinya sendiri" dan berbeda
dengan yang lain. Roh disini keluar dari dirinya sendiri, menjadikan dirinya
diluar dirinya dalam bentuk alam yang terikat dengan ruang dan waktu. Ilmu
filsafat yang membicarakan tahapan ini disebut filsafat alam.
c.
Tahap ketiga, yaitu
tahap ketika Roh kembali pada dirinya sendiri, yaitu kembali dari berada diluar
dirinya, sehingga Roh berada dalam keadaan "dalam dirinya dan bagi dirinya
sendiri". Tahap ini menjadi bahasan filsafat Roh. Contoh penerapan metode
dialektika dalam konsep metafisikanya Hegel ialah : ADA (thesis) KETIADAAN
(antitesis) MENJADI (sintesis).
Seluruh
kenyataan, kata Hegel, adalah merupakan suatu kejadian besar, dan kejadian
besar ini adalah kejadian roh. Roh ini adalah Allah. Tetapi bukan Allah sebagai
persona, dan bukan pula Allah yang sama sekali lain atau transendens, melainkan
suatu Allah yang betul-betul imanen. Pernyataan ini tampaknya berbau
pantheistis, namun demikian tidaklah sepantheistis Spinoza ( yang menyatakan
bahwa Allah itu sama dengan alam dan alam dengan Allah itu satu substansi). Alam
itu bagi Hegel hanya merupakan satu tahap dalam kejadian Allah.
Pendapat Hegel
tersebut cukup berbeda dengan iman kristiani, bahkan bertentangan
dengannya. Dalam agama Kristiani bahwa
Allah adalah pencipta alam semesta dan seisinya. Agama (Kristen) itu kurang
sempurna katanya, dimana agama mengajarkan kebenaran tentang Allah hanya dalam
bentuk anggapan-anggapan atau dogma-dogma saja ( Harry,1992:43 ).
Penekanan
Hegel terhadap peranan akal atau rasio ini, nampaknya merupakan reaksi terhadap
wacana berfikir waktu itu, dimana perasaan dan kepercayaan (yang acapkali
mengikuti dogma-dogma) itu merupakan sarana utama berfikir dan mencurigai
validitas rasio sebagai sarana berfikir yang benar (ingat, bahwa periode
idealis ini datang sesudah periode berfikir empiris - Hobs, Locks, Berkley dan
Hume - dan Kritisis Kant ).
Pemikiran
Hegel tentang epistemologi ini tidak lepas dari pemikiranpemikirannya tentang
metafisiknya, dan senantiasa konsisten dengan methode dialektikanya. Hal tersebut
terlihat pada sistem filsafat Hegel itu sendiri, yang terdiri atas ; filsafat
logika, filsafat alam dan filsafat roh. Masing-masing oleh Hegel dirinci
menjadi tiga bahagian lagi, dan semua bahagian itu terdiri lagi dari tiga
bahagian.
Semua yang nomor satu dalam skema filsafat Hegel, merupakan
tesis-tesis, semua yang nomor dua merupakan antitesis-antitesis, dan semua yang
nomor tiga merupakan sentesis-sintesis yang juga kelak menjadi tesis-tesis
baru. Berikut ini adalah contoh sistim pembagian llmu Filsafat yang merupakan
cerminan sistim pemikirannya.
1. Logika
terdiri atas
a.
pengajaran tentang
eksistensi terdiri
1)
kualitas 2) kuantitas
3) derajat
b.
pengajaran tentang
esensi terdiri :
1)
esensi sebagai dasar
eksistensi
2)
fenomena dan
3)
kenyataan
c.
pengajaran tentang
pengertian terdiri:
1)
pengertian subyektif
2)
obyek
3)
ide
2. Filsafat
Alam terdiri atas
a.
Ilmu pesawat dan
terdiri atas:
1)
ruang dan waktu
2)
mated dan gerak
3)
Ilmu pesawat mutlak
b.
Ilmu alam terdiri atas:
1)
fisika individualitas
umum
2)
flsika individualitas
khusus
3)
flsika individualitas
total
c.
Organika terdiri atas :
1)
alam geologis
2)
alam tumbuh-tumbuhan 3) organisme
binatang-binatang
3. Filsafat
Roh terdiri atas :
a.
Roh subyektif dan
terdiri atas:
1)
Antropologi
2)
fenomenologi roh
3)
psikologi
b.
Roh obyektif terdiri
atas :
1)
Hukum
2)
Moralitas
3)
Kesusilaan
c.
Roh Mutlak terdiri atas
:
1)
Seni
2)
agama wahyu
3)
filsafat
Pengertian
logika disini bukanlah pengertian logika tradisional (yaitu ajaran tentang
bentuk-bentuk dan hukum berfikir), melainkan ilmu yang memandang roh atau idea
dalam dirinya, bebas dari ruang dan waktu. Filsafat alam bertugas untuk melacak
jalannya idea dalam pengasingan dirinya.
Di sini
juga terdapat dialektika yang terdiri dari tese, antitese dan slntese, yang
makin lama makin menanjak. Dimulai dari persoalan tentang waktu dan ruang
sebagai tempat kejamakan yang tanpa batas, dimana Idea telah tersesat untuk
naik kepersoalan keterbatasan individual, yang akhirnya akan menanjak pada roh
yang mutlak, melalui tingkatan yang bermacam-macam. Filsafatnya tentang roh,
dibagi menjadi tiga tingkatan , dimulai dari roh subyektif sebagai tingkatan
yang terendah, memanjat kearah roh yang obyektif untuk akhirnya tiba pada
kawasan roh yang mutlak.
Prinsip
kebenaran bagi Hege secara implislt dicerminkan pada kepentingan umum, akan
tetapi prinsip tersebut sejauh tidak dalam bentuk kejahatan[7]. Ini dapat
berarti bahwa sesuatu yang
sesuai kepentingan umum dapat menjadi indikasi kebenaran sepanjang hal itu
bukan berupa kejahatan. Sebuah pertentangan (opposition) atau perundingan
(negosiasion) dapat disetarakan hanya ketika suatu kepentingan khusus, cocok
dengan kepentingan umum.
Ini adalah apa yang dinamakan sesuai antara konsep
keinginan yang tumbuh diatas kepentingan dirinya sendiri dan keutamaan (particularity),
sebagaimana dicontohkan tentang sesuatu diinginkan itu sama dengan moral yang
menginginkannya.
Perlu
dicatat, bahwa term moral, digunakan oleh Hegel adalah tidak lebih sebagai
pembatasan pemikiran dan dalam rangka untuk kepentingan seharihari. Term
"benar", dapat digunakan dalam berbagai cara didalam berbagai
keinginan dalam aktifitas sehari-hari, tetapi ketika berbicara tentang moral,
secara umum kita berfikir pada pemenuhan pada tugas-tugas positif, khususnya
dalam wacana sosial kemasyarakatan, dilain pihak, Hegel menyimpulkan dari
tugas-tugas khusus menuju keluarga (Copleston.1965:248).
Bagi Hegel,
pemikiran/kesadaran (mind) itu terjadi melalui tiga tahapan evolusi: yaitu
melalui pikiran /kesadaran subyektif, pikiran/kesadaran obyektif dan
pikiran/kesadaran mutlak . Pikiran/kesadaran subyektif, itu tergantung pada
alam, seperti jiwa (soul) yang berlawanan dengan alam, seperti halnya
kesadaran, dan ini diperhitungkan dengan alam seperti roh (spirit). Tingkatan
pemikiran subyektif ini adalah pemikiran yang tertinggi.
Bagi Hegel, pikiran
(mind) adalah dunia materi yang kreatif, bagaimanapun didalam keduanya, dunia
dan pemikiran kita menemukan dialektika yang sama. Pemikiran Hegel tidak
mamuaskan banyak filosof. Banyak yang percaya bahwa dunia materi adalah sangat
real untuk dijelaskan semata-mata sebagai suatu pikiran yang kreatif, yang ada
didalam individual mind atau absolut
mind[8].
Hegel tidak menjelaskan lebih lanjut tentang obyektif mind dan tentang mind
yang mutlak. Dalam hal ini, tampaknya pendapat Herbert Spencer dianggap lebih
representatif. Dia mengacu pada "benda-benda di dalam dirinya",
berusaha untuk ada atau eksis dan dunia tidak semata-mata idea kita. Dia
mendasarkan teorinya pada premis bahwa pengalaman adalah sumber daripada pengetahuan.
Sebagaimana
pemikiran Hegel tentang Metafisika dan tentang epistimologinya, maka
pemikirannya tentang Etikanya juga tidak lepas dari theori dialetikanya.
Sebagaimana juga telah dijelaskan diatas, bahwa pemikiran Hegel tentang roh,
meliputi roh subyektif, roh obyektif dan roh' mutlak. Di dalam ajarannya
tentang roh yang obyektif dibicarakan hal hukum dan moralitas atau kesusilaan.
Oleh karenanya ajarannya tentang roh yang
obyektif tersebut juga disebut etika.
Kehendak
rasional yang obyektif, menjadi bentuk-bentuk hidup yang umum, dan idea tentang
yang baik direalisir dalam lembaga-lembaga yang kongkrit. Bentuk dan
nafsu-nafsu alamiah diperluas sebagai hak-hak dan kewajiban dalam bentuk-bentuk
dasar kesusilaan, umpamanya, nafsu membalas dijadikan hukuman yang menurut
hukum, nafsu seksual diperhalus dalam perkawinan dan keluarga.
Negara dipandang sebagai idea kesusilaan yang telah direalisir, dimana
idealitas dan realitas bertemu, Negara adalah substansi kesusilaan yang telah
sadar akan dirinya yang telah menjadikan asas keluarga dan masyarakat menjadi
satu sintesa. Oleh karena itu, kekuasaan negara adalah kekuasaan kesusilaan
yang menyatakan dimana keputusan- keputusan perorangan ditiadakan.
Tentang
perasaan tidak senang (unhappy consciousness) Hegel menyebutnya sebagai
kerangka berfikir yang tidak menyenangkan seseorang itu adalah bahagian dari
dirinya, membiarkan rasa keterasingan dirinya, dari sifat-sifat yang seperti
itu semua adalah baik sebagai aktivitas
Apa yang dikatakan Hegel tersebut telah diperluas bahagian dalam The
Positivity of The Christian Religion yang menggambarkan betapa dalam dan
absolutnya diri seseorang yang telah mampu untuk terbang bersatu dengan Tuhan.
Perasaan tidak senang digambarkan Hegel sebagaimana karakteristik antara kedua
keyakinan yaitu Judaism dan Christianity dan seperti keadaan semua orang dalam
setiap waktu dimana mereka percaya pada transendensi Tuhan sebelum mereka itu
belum ada sama sekali. Ini adalah tingkatan dimana ia berada pada jalan yang
tertinggi yang penuh dengan misteri[9].
Barangkali inilah tingkat yang paling tinggi yang akan menikmati kehidupan
bahagia dan abadi itu.
Gerakan
filsafat Jerman yang dimulai oleh Emmanuel Kant Itu mencapai puncak
perkembangannya pada filsafat Hegel. la adalah filosof Barat yang paling
menonjol dan pengaruhnya begitu besar bahkan sampai diluar Jerman. Salah satu
pandangannya adalah bahwa seluruh kenyataan merupakan suatu kejadian besar, dan
kejadian besar ini adalah kejadian roh. Roh ini adalah Allah. Tetapi bukan
Allah sebagai persona, dan bukan pula Allah yang sama sekali lain atau
transendens, melainkan suatu Allah yang betul-betul imanen.
Pernyataan ini
tampaknya berbau pantheistis. Alam menurut Hegel hanya merupakan satu tahap
dalam kejadian Allah. Pendapat hegel berbeda dengan iman kristiani, bahkan
bertentangan dengannya yang menurut Kristiani bahwa Allah adalah pencipta alam
semesta dan seisinya. Agama (Kristen) itu kurang sempurna katanya, dimana agama
mengajarkan kebenaran tentang Allah hanya dalam bentuk anggapan-anggapan atau
dogma-dogma saja. Sementara itu, Hegel dalam menjelaskan peranan akal atau
rasio nampaknya merupakan reaksi terhadap wacana berfikir waktu itu, dimana
perasaan dan kepercayaan (dogma) itu merupakan sarana utama berfikir dan
mencurigai validitas rasio sebagai sarana berfikir terhadap sesuatu yang benar.
Penulis: Isra
Fajria Arham
[1] Harry Hamersma, Tokoh-Tokoh
Filsafat Modern. Jakarta: Gramedia, 1992. Lihat juga Harun Hadiwiyono, Seri Sejarah Filsafat 2. Yogyakarta:
Kanisius, 1995.
[2] Paul Edwards, Encyclopedia of
Philosophy (Vol. 3 Mac Millan Publishing Co New York, t.th.) h. 345.
[3] Copleston 1962:196.
[4] A. Bakker, Metode Penelitian
Filsafat. (Yogyakarta: Kanisius, 1984), h. 99.
[6] Fort Jr., The Basic Teaching of
The Great Philosopy, (t.tp.: 1949), h. 290.
[7] Copleston, 1965 : 247.
[8] Frost Jr., Op. Cit. h.
73-274
Bakker, A. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius, 1984.
Edwards,
Paul. Encyclopedia of Philosophy.
Vol. 3 Mac Millan Publishing Co New York, t.th.
Frost,
Jr., The Basic Teaching of The Great
Philosopy, 1949.
Gazali, Rafi’ah. 2014. George Wilhelm
Fredrich Hegel:
Metafisika, Epistemologi dan Etika. Diskursus Islam Vol. 2 Nomor 1. Universitas
Lambung Mangkurat: Banjarmasin.
Hadiwiyono,
Harun. Seri Sejarah Filsafat 2.
Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Hamersma, Harry.
Tokoh-Tokoh Filsafat Modern. Jakarta:
Gramedia, 1992.
Hegel,
GWF. Introduction to the Philosophy of
History. Indianapolis: Hacket Publishing Company, 1994.
------------------,
Faith and Knowledge. Albani:
University of New York, 1977.
------------------,
Political Philosophy: Problem and
Perspectives. London: Cambridges University Press, 1976.