Internet
Pada dasarnya, pembelajaran
menyimak yang ingin dicapai dalam kurikulum, antara lain dapat diurutkan
sebagai berikut :
|
1.
Pengenalan bunyi
2.
Pengucapan
bunnyi
3.
Penguasaan
tekanan kata
4.
Penguasaan lagu
kalimat
1.
Pengenalan dan
Pengucapan Bunyi Bahasa Indonesia
Bagi siswa smp dan smu
pengenalan pengucapan bunyi bahasa indonesia bukan lagi merupakan hal sulit.
Mereka telah mengenal dan mempelajari sistem bunyi bahasa indoensia pada
sekolah tingkat-tingkat sebelumnya. Para siswa sekolah menegah pertama (smp)
pada umunya sudah mengenal bunyi-bunyi bahasa indonesia pada tingkat sekolah
dasar (sd), sedang siswa-siwa sekolah menengah atas (sma), pengnalan dan
penguasaan bunyi selain diperoleh di tingkat sekolah dasar ditambah lagi selama
tiga tahun di sekolah menegah pertama.
Berdasarkan asumsi di atas,
maka tampaknya tidak terlalau diperlukan startegi untuk mengajarkan pengenalan
bunyi-bunyi bahasa indonesia. Namun, kenyataan sehari-hari menunjukkan bahwa
belum semua siswa selalu menguasai sistem bunyi bahasa indonesia dengan baik
dan benar. Hal ini tampak dengan jelas, baik dalam
4
percakapan-percakapan fomal
di dalam kelas atau pertemuan-pertemuan resmi, maupun di dalam
pembicaraan-pembicaraan bebas di dalam pergaulan di masyarakat. Pengenalan dan
penguasaan bunyi yang belum tepat, ada yang disebabkan oleh pengaruh bahasa
ibu, atau bahasa daerah, dan ada pula yang disebabkan oleh pengaruh idiolek dan
penguasaan bunyi yang belum mantap.
Pengaruh bunyi-bunyi bahasa
daerah terhadap pengucapan bunyi bahasa indonesia dapat dikurangi bahkan dapat
dihilangkan dengan melatih siswa menyimak secara tepat bunyi-bunyi yang baik
dan benar, akan dapat pula mengucapakan bunyi-bunyi tersebut dengan baik dan
benar.
Ada beberapa cara melatih
siswa menyimak bunyi secara tepat, misalnya: menggunakan pasangan mirip (minimal pairs) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bunyi-bunyi yang hampir sama diucapakan dalam kata-kata berbeda.
Misalnya kita melatih siswa membedakan bunyi /n/ dari bunyi /ng/, atau /nk/,
bunyi /n/ dari bunyi /m/, seperti dalam
kata-kata hutan-hutang, ban – bank. Caranya dapat dilakukan secara bervariatif
sebagai berikut.
1)
Guru mengucapakan
kata yang mengandung bunyi yang akan dilatihkan, kemudian siswa diminta
menjawab sama kalau mereka menyimak bunyi seperti sama, dan menjawab berbeda,
kalau menurut simakan mereka bunyi-bunyi tersebut berbeda.
2)
Guru membacakan
3 kata, ynag mana 2 di antaranya mengandung bunyi yang sama, dan kata yang satu
mengandung bunyi yang berbeda. Kat-kata itu diberinomor 1,2,3 sesuai urutan
pengucapannya. Siswa diminta menyebutkan angka mana yang mengandung bunyi yang
berbeda.
Latihan pasangan mirip ini
sangat efektif digunakan sebagai latihan membedakan bunyi di dalam mempelajari
bahasa-bahasa asing misalnya bahasa inggris ynag mempunyai banyak bunyi yang
kedengarannya mirip atau sama namun membedakan arti kata, misalnya /i/ pendek
seperti dalam kata-kata ; sit, seat, bit, heat, meet, meat. Latihan membedakan
bunyi-bunyi bahasa inggris seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan
startegi yang telah diperkenalkan di atas.
Sebagai penutup pembicaraan
tentang cara melatih siswa mengenal dan mengucapakn bunyi-bunyi bahasa
indonesia secara baik dan benar, maka di sini dikemukakan bahwa cara terbaik
untuk melatih siswa ialah dengan memberi contoh
5
yang baik benar pula. Cara
guru mengucapkan sesuatu bunyi akan sangat menentukan cara siswa mengucapkan
bunyi-bunyi tersebut. Dengan kata lain, seorang guru haruslah menjadi contoh
atau model yang baik dan benar pula.
2.
Tekanan Kata
a.
Pemenggalan kata
menurut sukunya.
Dalam bahasa indonesia ada
kata ynag bersuku satu, dua , tiga, empat, lima atau lebih, baik yang berbentuk
kata dasar maupun yang berbentuk kata berimbuhan. Kalau kata itu dipenggal atas
suku katanya secara tertulis, baik kata dasar maupun kata berimbuhan, maka yang
harus diperhatikan ialah ejaanya. Tetapi, kalau kata itu dipenggal secara
lisan, maka yang perlu diperhatikan ialah tekananya.
Menurut Sutan Takdir
Alissyahbana, tekanan kata bahasa indonesia terdapat pada suku akhir. Tekanan
kata itu memang tidak terlalu jelas. Kata yang lebih jelas tekannya pada suku
akhir ialah kebanyakan kata yang suku kedua dari akhirnya mengandung ‘E’ lemah
(pepet), seperti: peta, segera, keras, lekat, senyum, kemelut, negeri dll.
Perlu diketahui pula bahwa
kata-kata bahasa indonesia selain tekannya kurang jelas, tekanan itu mudah pula
berubah-ubah.
a.
Pola intonasi kata-kata
yang bersuku dua dengan pepet seperti :
tebu, jemu, gema, bentang, beras, jenjang, dll.
b.
Pola intonasi
kata-kata yang bersuku dua kalau ditambah dengan –nya, atau ku seperti :
bukunya, gelasnya, ibunya, adikku, ayahlu temanku, saudaranya, dll.
c.
Pola intonasi
kata-kata yang bersuku kata tiga, baik ynag memakai pepet pada suku pertama
maupun tidak seperti: agama, budaya, belanja, selera, sbelum, snediri, dll.
d.
Pola intonasi kata-kata
ynag bersuku tiga dengan pepet pada suku pertama seperti: segera, beledu,
karena, kehendak, putera, pendapat, kelenjar, dll.
Ada beberapa
teknik yang dapat dipakai melatih siswa menyimak tekanan kata, antara lain sebagai
berikut:
a.
Guru membacakan
atau memutarkan dari rekaman atau bahan yang telah
6
b.
dipersiapkan kata-kata sesuai/tidak sesuai
dengan tekannya. Setelah itu, siswa diminta menilainya dengan menjawab benar
atau salah kalau guru mengucapakan tidak sesuai dengan tekanan yang sebenarnya.
Maksudnya ialah untuk mengecek pengetahuan siswa.
c.
siswa diminta memberi
tanda pada suku kata yang ditekan. Tanda-tanda dapat berupa angka 123 atau
garis-garis.
caranya:
Guru memberikan kalimat-kalimat yang telah diketik
atau ditulis dipapan tulis dan siswa-siswa disuruh menyalinya. Sesudah semua
siswa telah menyalin kemudian guru membacakan kalimat demi kalimat dan siswa disuruh
menaruh tanda (angka atau garis) pada setiap suku kata.
b.
Lagu (intonasi)
kalimat
Di Smu telah dipejari tiga
macam kalimat yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Ketiga
macam kalimat tersbut mengandung lagu (intonasi) masing-masing. Intonasi itu berwujud
rangakaian nada dan jeda dalam mengucapkan suatu kalimat. Menrut Samsuri, ada
berbagai cara untuk menandai intonasi itu dalam bahasa tulis. Cara pertama
menggunakan garis. Cara kedua menggunakan angka. Angka kecil menunjukkan nada
yang lebih tinggi dan angka yang lebih besar menunjukkan nada yang lebih
rendah. Cara ketiga menggunakan juga angka dengan nilai yang berbeda dengan
cara kedua. Pada cara ketiga ini angka satu menunjukkan nada rendah, angka
kedua menunjukkan nada sedang, angka ketiga menunjukkan nada tinggi.
Cara mengajarkannya:
a.
Lagu (intonasi)
kalimat berita
Kalimat berita ialah yang mengungkapkan suatau
peristiwa atau kejadian. Intonasinya normal yaitu jarang sekali mengandung nada
yang sangat tinggi. Lagu kalimat berita bervariasi pula, bergantung pada nada
dan jedanya. Perubahan nada dan jeda itu mengakibatkan pula perubahan makna
kalimat.
b.
Lagu (intonasi)
kalimat tanya.
Kalimat tanya memerlukan jawaban. Dalam bahasa tulis,
kalimat tanya selalu diakhiri tanda tanya.
7
Menurut Samsuri, dalam bahasa lisan, kalimat tanya
dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu menggunakan lagu tanya, dan menggunakan
kata bantu kalimat tanya (seseorang mengucapkan, yang lain menyimak)
c.
Lagu (intonasi)
kalimat perintah.
Kalimat perintah bertujuan supaya pendengar
melaksanakan yang diperintahkan oleh pembicara. Dalam bahasa tulis, kalimat
perintah diakhiri tanda seru. Namun demikian, tanda seru ini biasa juga tidak
digunakan apabila perintah itu menjadi lemah. Kalimat perintah itu berjenjang
pula, mulai dari perintah yang keras samppai keapada yang lunak. Melarang
termasuk juga jenis perintah yaitu negaif. Oleh karena itu, intonasi kalimat
perintah itu bervariasi. contoh:
Awas!
Duduk!
Ambikan
buku itu!
Pergi!
d.
Lagu kalimat
inversi
Seperti diketahui, kalimat berita itu mempunyai dua
jenis susunan apabila ditinjau dari segi susunan subjek dan predikatnya.
Pertama, susunan normal yaitu kalimat berita yang subjeknya mendahului prdikat
(s/p). kedua susunan inversi yaitu kalimat berita yang predikatnya mendahului
subjek. Karena itu, intonasi kedua
susunan itu berbeda pula
B.
Strategi Menyimak
Untuk Tujuan Lebih Umum
Tujuan-tujuan ynag dituntut
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (ktsp) tahun 2006 menitik beratkan
pada penguasaan mekanik bahasa dan kesastraan. Dengan kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan, serta bahan-bahan pembelajaran seperti yang dikemukakan
dalam standar isi kurikulum bahasa indonesia, para guru diminta mengajarkan
kepada siswa mengenai bahasa indoneisa, dalam hal ini antara lain mengenai:
tata bunyi, tekanan kata, intonasi kalimat dan bukan semata-mata tentang bahasa
indonesia, seperti pengertian fonem, intonasi dan lafal.
Kemampuan dan keterampilan
menyimak yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih esensial.
Misalnya, keterampilan-keterampilan menyimak untuk mengingat huruf,
angka-angak, kata-kata, informasi dan kemampuan menginterpretasi
8
serta mengikuti petunjuk-petunjuk tulisan, mengingat
bagian-bagian faktual dari artikel-artikel, pidato-pidato dan kuliah.
Oleh karena itu,
tujuan-tujuan menyimak hendaknya diajarkan untuk membentuk kemampuan dan
keterampilan-keterampilan yang umum dibutuhkan didalam kehidupan sehari-hari,
seperti:
1.
Mengingat butir-butir
khusus dan urutan bagian-bagian penyajian.
Keterampilan
menyimak butir-butir tertntu dan sususan dari bagian-bagian dari suatu
penyajian dapat dilatih dalam kegiatan belajar-mengajarkan menyimak, antara
lain:
a.
Mengingat
butir-butir khusus
Keterampilan
mengingat butir-butir khusus atau tertentu dari suatu rangkaian daftar atau deretan
nama-nama, dapat dilatih mulai dari cara yang paling sederhana sampai kepada
yang lebih kompleks.
b.
Mengingat urutan
detail dari suatu penyajian.
Keterampilan
mengingat urutan bagian-bagian dari suatu penyajian lisan dapat dilaitf dengan
teknik-teknik sebagai berikut:
1)
Dengan
menggunakan deretan sejumlah huruf yang beritervak/berjarak teratur.
2)
cara penggunaan
bilangan dapat divariasikan sedemikian rupa, sehingga latihan menyimak
benar-benar melatih ketempilan mengingat dan kemampuan berpikir dari siswa.
2.
memperbaiki
pemahaman kosa kata
Latihan menyimak untuk
memperbaiki pemkhaman arti kat-kata sulti dapat dilakukan denga teknik sebagai
berikut:
a.
Menuliskan
kata-kata sulit di papan tulis
b.
Siswa menuliskan
kata-kata sulit, sementara guru membacakan teks.
3.
Mengikuti alur
pikiran atau ide petunjuk-petunjuk lisan
Ada beberapa teknik menyimak
ynag dapat digunakan untuk melatih keterampilan mengikuti urutan buah pikiran
atau ide dan petunjuk-petunjuk lisan, antara lainsebagai berikut. 9
a.
Mengingat
langkah-langkah di dalam suatu proses
b.
Mengingat urutan
ide dengan menggunakan format kerja kelompok
c.
Melalui anekdot
d.
Mengiktui
petunjuk lisan dengan bantuan alat pandang.
C.
Teknik Pembelajaran
Menyimak
1.
Simak-ulang ucap
Metode
simak-ulang ucapa biasanya digunakan dalam memperkenalkan bunyi bahasa dengan
cara mengucapkannya. Guru sebagai model mengucapkan atau memutar rekaman bunyi
bahasa seperti fonem, kata, kalimat, kata-kata mutiara dengan pelan-pelan,
jelas dan intonasi yang tepat. Siswa meniru ucapan guru. pengucapan kalimat itu
dapat dilaksanakan secara klasikal, kelmpok, dan individual.
2.
Identifiksasi
kata kunci
Kalimat yang
panjang dapat dicari kalimat intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata
kunci yang terdapat dalam kalimat tersebut. Misalnya: guru menyiakan kalimat
panjang, sturktur dan pilihan katanya harus sesuai dengan kemampuan siswa.
bahan harus disampaikan secara lisan. Setelah siswa menyimak, siswa harus
menentukan beberpa kata kunci ynag mewakili pengertian kalimat.
3.
Parafrase
Guru menyipakan sebuah puisi ynag sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa. Langkah selanjutnya adalah guru membacakn atau
memperdengarkan puisi, siswa menyimak kemudian menyimpulkan kembali isi puisi
dengan kata-kata sendiri.
10
4.
Merangkum
Guru menyiapkan
bahan simakan yang cukup panjang. Materi atau bahan serta bahasa yang disampaikan
harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
bahan yang telah
dipersiapkan tadi disampaikan secra lisan kepada siswa dan siswa menyimak.
5.
Identifikasi
kaimat topik
Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua
unsur yaitu: kalimat topik dan kalimat pengembang. Posisi kalimat topik
terletak di awal dan di akhri paragraf. Bahkan, sesekali ditemukan kalimat
topik di tengah paragraf.
6.
Menjawab
pertanyaan.
Cara lain untuk memahami bahan simakan agak panjang
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bahan yang diperdengarkan harus
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
7.
Bisik berantai
Bisik atau pesan berantai meupakan suatau cara,
teknik, atau upaya yang dapat membantu untuk meningkatkan dan mempertajam daya
simak. Caranya adalah guru membisikkan suatu kalimat kepada siswa pertama.
selanjutnya, siswa tersebut membisikkan kepada siswa beriktunya. Tugas guru
adalah melihat apakah kalimat yang diucapkan tadi sesuai dengan yang dibisikkan
sebelmnya.
8.
Menyelesaikan
cerita.
Upaya atau usaha menyelesaikan cerita dapat dilakukan
dengan cara salah sesorang siswa disuruh kedepan untuk bercerita sesuai dengan
hasil simakan sebelmunya. Sebelum selesai, guru menyuruh siswa tersebut
berhenti. Kemudian dilanjutkan pada siswa lainnya untuk melanjutkan cerita yang
belum selesai tadi, dan seterusnya sampai cerita tadi selesai. Dalam melakukan
model ini, guru akan melihat apakah siswa mampu memahami apa yang telah disimak
sebelumnya.
11
Dari teknik-teknik pembelajran menyimak diatas,
ternyata banyak cara ynag dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menyimak
agar kemampuan dalam menyimak para siswa dapat berhasil dengan baik .
teknik-teknik pembelajaran ini dapat juga dilakukan dengan cara menggabungkan
antar teknik-teknik yang satu dengan teknik lainnya dalam pembelajaran.
D.
CONTOH MODEL
MATERI SIMAKAN
Adapun contoh
materi simakan yang dapat dijadikan sebgai bahan pembelajaran dengan memiliki
berbagai tujuan antara lain:
1.
Materi yang
tujuannya mendapat respon penyimak berupa bunyi-bunyian, baik berupa suara,
suku kata, kata, frasa, maupun kalimat. Bunyi-bunyian tersebut masuk kedalam
alat pendengar, sengaja ataupun tidak sengaja dan dituntut untuk melakukan
reaksi terhadap pesan bunti tadi.
2.
Materi yang
memerlukan pemusatan perhatian yakni menentukan gagasan pokok pembicara dan gagasan
penunjangnya.
3.
Materi yang
tujuannya membandingkan atau mempertentangkan dengan peengetahuan dan
pengalaman menyimak.
4.
Materi yang
tujuannya menuntut penyimak berpikir kritis, yakni melalui proses analisis,
misalnya : menyampaikan hasil seminar, kongre, diskusi, dll
5.
Materi yang
tujuannya menghibur bersifat santai, misalnya: hasil-hasil sastra, puisi,
cerpen, novel dan sebagainya.
6.
Materi yang
tujuannya informatif misalnya: menyimak pengumuman, jawaban atas pertanyaa,
larangan, percakapan, dll.
7.
Materi yang
tujuannya deskriminatif yakni penyimak setelah menerima pesan dapat memberikan
reaksi yang sesuai dengan keinginan pembicara misalnya: membedakan suara orang
susah, orang kuatir, orang jengkel, suara mobil, dll
Berikut ini merupakan penjelasan singkat mengenai
beberapa model pembelajaran menyimak.
12
a. Dengar teriak
Model ini menuntut reaksi siswa untuk mengungkapakn
kata dengan volume suara tinggi
b.
Dengar-setuju
Model ini menuntut reaksi siswa utnuk mengungkapakn
persyaratan setuju setelah menyimak informasi baik dari guru maupun hasil rekaman.
c. Dengar-bisik berantai
Model ini akan menuntut reaksi siswa utnuk berlatih
menyimak pesan dari seseorang (guru atau siswa) melalui berbisik, kemudian
menyampaikan pesan tersebut kepada orang lain, seperti apa yang disimaknya.
Kelas dibagi kelompok antara 10-15 orang kelompok.
d. Dengar-baca
Guru membagikan sebuah wacana yang berbentuk tajuk
rencana dengan judul tertentu kemudian menyuruh siswa untuk membacanya dalam
hati. Keadaan kelas dibagi 5-6 kelompok.
e.
Dengar-tulis
Dengar-tulis mirip dengan dengar-ulang ucap. Model
ucapan ynag digunakan dalam dengar-ulang ucap dapat digunakan dalam
dengar-tulis. Dengar-ulang ucap menuntut reaksi bersifat lisan, sedangkan
dengar-tulis menuntut reaksi bersifat tulisan.
f.
Dengar-salin
Model ini membuat reaksi siswa untuk menyalin dengan
baik hasil simakannya dengan menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
dan ejaan yang tepat.