Wujud Pragmatik Imperatif

Ilustrasi (Sumber; Google)

Wujud pragmatik imperatif adalah realisasi makssud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif tuturan yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstra linguistik dan dapat pula bersifat  intralinguistik.
 Ada  tujuh belas macam makna prakmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia. Ketujuh belas macam makna pragmatik imperatif itu ditemukan baik di dalam tuturan imperatif langsung maupun di dalam tuturan imperatif tidak langsung. Pada bagian-bagian berikut ini, masing-masing wujud makna pagmatik imperatif tersebut diuraikan secara terperinci.

A.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Imperatif yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya pada contoh
1.    a) “ Diam! Hansip tahu apa. Orang mati kok hidup lagi. Ini bukan lenong.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang polisi dengan seorang hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena sesuatu hal.
b)  “Bunuh saja. Ya, itu tentu. Tapi, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan. Kita gantung. Kita gantung. “
Informasi indeksal:
Tuturan orang –orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka berhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan di suatu kota.
c) “Monik, lihat!”
informasi indeksal:
tuturan yang disampaikan oleh pacar Monik ketika ia meliht ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota.

        Perlu dicatat bahwa  untuk membuktikan apakah masing-masing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim yang digunakan dalam analisis linguistik struktural. Contoh:
2.    a)  Polisi memerintahkan kepada hansip supaya dia diam.
b) 1. Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membunuh saja.
  2. Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang laain untuk menembak saja.
c) Steve memerintahkan Monik dengan berteriak agar dia melihat sesuatu yang ditunjukkan Steve.

       Di dalam pemakaian bahasa Indonesia keseharian, terdapat beberapa makna pragmatik perintah yang tidak saja diwujudkan dengan tuturan imperatif seperti contoh di atas, melainkan dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Kedua tuturan berikut, dapat dipertimbangkan:
1.    “ Jika Nawaksara akan diseminarkan, silakan.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalam acara televisi pada saat itu akan diseminarkannya pidato Nawaksara semakin merebak.
2.    “Kerusuhan Pekalongan itu, ada yang menggerakkan.”
Informasi indeksal:
T uturan ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum.

Dengan demikian, jelas bahwa banyak tuturan di sekirar kita yang sebenarnya mengandung makna pragmatik imperatif tertentu, namun wujud konstruksinya bukan tuturan imperatif. Hanya konteks situasi tuturlah yang dapat menentukan kapan sebuah tuturan akan ditafsirkan sebagai imperatif perintah dan kapan pula sebuah tuturan akan dapat ditafsirkan dengan makna pragmatif imperatif yang lain.

B.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian penanda kesatuan coba seperti dapat dilihat pada contoh tuturan berikut ini:
1.    “Coba hidupkan mesin mobil itu!”
1.    a) “Saya menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu.”
Informasi indeksal:
Tuturan 1 dan 1a) disampaikan oleh seorang mortir kepada pemilik mobil yang kebetulan sedang rusak di pinggir jalan.
2.    “Coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan!”
2.  a) “Saya menyruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
     Informasi indeksal:
     Tuturan 2 dan 2a) disampaikan oleh seorang ahli pijat urat kepada seorang pasien. Pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti dalam keadaan normal.

     Tuturan-tuturan di atas secara berturut-turut dapat di parafrasa sehingga menjadi tuturan 1a) dan 2a) untuk mengetahui secara pasti apakah benar tuturan tersebut merupakan makna imperatif dengan makna suruhan. Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatifk imperatif suruhan itu tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif seperti yang disampaikan di atas. Seperti yang terdapat pada wujud-wujud imperatif lain, mkakna pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif, seperti pada contoh berikut:
            Direktur                      : “Ah, panas betul ruang sekretaris direktur di atas itu!”
    Pembantu direktur    : “Baik Pak, nanti saya sampaikan kepada petugas yang biasa memasang      kipas angin.”

C.    Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan
Makna imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon seperti  pada contoh berikut:
Totok                 : “ Tolong pamitkan, Mbak!”
Narsih                : “ Iya, Tok. Selamat Jalan, ya!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepadaia akan  sahabatnya pada saat ia akan meninggalkan rumahnya pergi ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya, ia harus mghadiri sebuah acara rapat karang taruna di desanya.
Makna pragmatik imperatif permintaan ini banyak diungkapkan dengan konstruksi nonimperatif. Contoh:
Dosen A       : “Buku yang kau pinjam kemarin sebenarnya saya belim membaca tuntas, loh.”
Dosen B        : “O, ya, Pak. Nanti siang kami mau sowan ke rumah Bapak.”


D.    Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan
            Secara struktural, imperatif yang mengandun makna permohonan, biasanya ditandai dengan ungkapan penanda kesantuan mohon. Selain ditandai dengan ha dirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuntunan imperatif permohonan. Sebagai ilustrasi, dapat dicermati dan dipertimangkan tuturan berikut ini:
1. “Mohon tanggapi secepatnya surat ini!”
Informasi Indeksial:
Tuturan seorang pemimpin kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus pada saat mereka memicarakan surat lamaran pekerjaan dari seorang calon pegawai
2. “Mohon ampunilah dosa kami!”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada Tuhan karena ia merasa telah membuat banyak kesalahan dalam hidupnya.

         Sebagaimana didapatkan pada bentuk-bentuk imperatif lainnya, dalam kegiatan bertutur, sesungguhnya, makna pragmatik imperatif permohonan tidak selalu dituangkan dalam konstruksi imperatif. Berikut contoh tuturannya:
Terdakwa      : “Maaf Bu Hakim. Sekarang kami sedang hamil muda. Bagaimana anak kami nanti di dalam penjara.”
Bu Hakim     : “Terima kasih atas permohonan Saudara. Semua akan kami catat dan akan kami pakai untuk pembicaraan dalm sidang minggu depan.”

E.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
         Lazimnya, imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk memberi penekanan maksud tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif jenis ini, lazimnya, cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pada tuturan imperatif lainnya. Tipe imperatif tersebut itu dapat dilihat pada tuturan-tuturan berikut.
1.      Kresna kepada Harjuna:” Ayo, Harjuna segera lepaskan pusakamu sekarang juga! Nanti keduluan kakakmu, Karna.”
Informasi indeksal:
          Tuturan ini diungkapkan oleh Kresna kepada Harjuna pada saat mereka berada di medan laga bertempur melawan Karna dan Salya dalam sebuah cerita pewayangan.
2.       Para prajurit di hadapan Kaisar: “Ayo salibkan dai! Salibkan dia! Dia menghujat Allah.”
Informasi indeksal:
Tuturan  ini diteriakkan oleh prajurit kepada sang Kaisar menjelang penyaliban yesus di Gunung Golgota.

Tuturan di atas dapat diparafrasa atau diubahujudkan, sehingga menjadi tuturan yang bukan berbentuk tuturan imperatif, seperti pada tuturan berikut.
1.a. “Aku mendesakmu agar kamu segera melepaskan pusakamu sekarang juga! Nanti keduluan kakakmu, Karna.”
2.a. “Kami mendesak kaisar supaya kaisar menyalibkan dia. Dia menghujat Allah.
Maksud atar makna pragmatik imperatif desakan dalam kegiatan bertutur sebenarnya dapat juga ditunjukkan dengaan tuturan-tuturan yang berkonstruksi nonimperatif seperti contoh berikut.
Panlgima ABRI: “Kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat menjelang pemilu ini sudah di atas batas kewajaran.
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seoran panglima pada saat keadaan politik menghangat menjelang pemilu. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mendesak semua pihak agar menjadi lebih waspada dalam menghadapi perkembangan politik.
F.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya, diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari. Selaain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan penanda kesantunan tolong, seperti dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.
1. Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Maliboro Mall.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang Ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau minum susu.
2. Dokter kepada pasien yang masih anak kecil: “Tiduran dulu, yuk, di tempat tidur sebelah! Tak kasih es biar anyep.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi dalam ruang periksa di sebuah rumah sakit, disampaikan oleh seorang dokter kepada pasien yang masih anak-anak pada waktu ia akan dicabut giginya.
            Seringkali didapatkan bahwa imperatif yang mengandung makna pragmatik bujukan, tidak diwujudkan dalam bentuk tuturan imperatif seperti yang telah disebutkan di depan. Maksud atau makna pragmatik imperatif bujukan dapat diwujudkan dengan tuturan yang berbentuk deklaratif, seperti pada contoh berikut.
1. Bapak kepada anak: “Kalau kamu mau masuk ASMI pasti nanti kami cepat dapat pekerjaan.”
Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ayah kepad anaknya pada saat ia kebingungan memilih dan menentukan perguruan tinggi setelah i menyelesaikan SMA.”
2. Direktur kepada dosen yang akan diminta melaksanakan  tugas belajar ke luar negeri: “Luar negeri memang gudangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Besok pulang dari sana pasti Anda sudah menjadi orang.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang pimpinan perguruan tinggi pada saat memberi penjelasan kepada para dosen yang akan mendapatkan tugas studi di luar negeri.
G.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
Imperatif yang mengandung makna imbauan, lazimnya, digunakan bersama partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon seperti tampak pada contoh tuturan berikut .
1. “Jagalah kebersihan lingkungan!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan peringatan disebuah taman wisata di kota Yogyakarta.
2. “mohon, jangan membuang sampah disembarang tempat!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan peringatan yang terdapat di salah satu sudut kampus Universitas Negeri Makassar.
                     Maksud atau makna pragmatik imperatif jenis ini dapat pula diwujudkan dengan bentuk tuturan nonimperatif, seperti contoh tuturan berikut ini:
1. seorang pakar politik: “kita memerlukan koalisi bersih.”
informasi indeksal:
tuturan ini disampaikan oleh seorang politikus ditujukan kepada masyarakat dan dilansir dalam sebuah media massa cetak, nasional, dan daerah.
2. presiden: “pembinaan kampus harus mantapkan stabilitas.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang pimpinan negara pada saat memberikan pengarahan pada para pimpinan perguruan tinggi.
H.     Tuturan Yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
                             Imperatif persilaan dalam bahasa indonesia, lazimnya, digunakan dengan penanda kesantunan silahkan. Sering kali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler. Contoh tuturan sebagai berikut:
     1.  Ketua senat mahasiswa    : “Silakan saudara Monik!”
          Monik                              : “Terimakasih saudara ketua.”
      Informasi indeksal:
     Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi disebuah kampus pada saat     berlamgsung rapat senat mahasiswa.
2. Komandan pada Letnan Pongki: “Tenang, tenang, Pong! Sudah, silakan duduk saja, tidak usah tegang berdiri begitu, dan ini rokok biar agak tenang.”
Informasi indeksal:
Tuturan itu disampaikan oleh seorang komandan sngkatan bersenjata kepada bawahannya, seorang letnan, pada saat ia melaporkan suatu kejadian sangat yang penting dan mendesak.
Maknaa pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan nonimperatif. Contoh tuturan sebagai berikut:
1. Antardosen di sebuah perguruan tinggi: “Buku yang saya beli kemarin sudah selesai saya baca  tadi malam. Sekarang masih di dalam tas, kok!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi di ruana pada sebuah perguruan tinggi, seorang dosen berbicara kepada dosen yang lain dalam suasana santai.
2. Dosen dengan mahasiswa yang akan dibimbing: “Nanti sore saya sibuk mengajar dan mengetik naskah. Sekarang ini saya kosong.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang dosen kepada mahasiswa bimbingan yang terjadi pada sebuah ruang dosen perguruan tinggi.
I.        Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
      Imperatif dengan makna ajakan, biasanya, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan mari atau ayo. Kedua macam penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan. Pemakaian penanda kesantunan itu di dalam tuturan berikut ini:
            1. Monik kepada tante: “ Mari makan, Tante!”
            Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi dalam ruang makan pada sebuah keluarga , orang yang satu mengajak orang yang lain untuk makan bersama.
2. Bibi kepada Monik dan rekan-rekannya: “Ayo, pada makan dulu, yo. Kebetulan saya bikin sayur asem dan pepes ikan Peda.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi di dalam ruang makan, pada saat sang bibi mengajak makan para tamu yang sudah sangat sering bertemu di rumah sang bibi.
Secara pragmatik, maksud imperatif ajakan, ternyata, tidak selalu diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang terbentuk imperatif. Berkenaan dengan makna pragmatik imperatif ajakan termaksud tuturan-turan berikut.
1. Suami kepada istri: “Bu...! Perutku, nich. Sudah keroncongan dari tadi.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan seorang suami kepada istrinya, sang suami mengajaknya untuk membeli makan untuk makan malam.
2. Istri kepada suami: “Pak...! Si Iyan batuknya mengerikan sekali, lho. Sore ini bisa, to?
Informasi indeksal:
Tuturan seorang istri kepada suaminya, mengajaknya untuk berangkat ke rumah sakit memeriksakan anaknya yang saat itu sakit batuk parah.



J.       Tuturan yang Mengandung Makna Prakmatik Imperatif Permintaan Izin
Imperatif dengan makna permintaan izin, biasanya, ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh. Tuturan berikut ini dapat dicermati untuk memperjelas hal ini.
1.  Adik kepada kakak perempuan: “Mbak, mari saya bawakan tasnya!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuannya yang bertemperamen keras, segala sesuatunya selalu aakan dilakukan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan orang lain.
2.  Sekretaris kepada direktur: “Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Infomasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya, ia meminta izin untuk membersihkan dulu meja kerja direktur saat itu penuh dengan kertas dan berkas-berkas.
Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif. Contoh tuturan sebagai berikut:
Seorang kepada direktur: “Sebentar, Pak. Saya ambilkan dulu notulennya di almari dekat meja Bapak.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya yang saat itu menanyakan hal tertentu yang pernah diputuskan di dalam rapat sebelumnya.
K.    Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatiknya Imperatif Mengizinkan
Imperatif yaang bermakna mengizinkan, lazimnya, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan penanda kesantunan silakan. Tuturan berikut ini dapat digunakan sebagai ilustrasi.
     “Silakan merokok di tempat ini!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok. Di lokasi itu orang tidak diperkenankan merokok selain di tempat itu .
     “Silakan membuang sampah di lokasi ini!”
Informasi indeksal:
     Tuturan ini ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan sampah.
Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik mengizinkan dapat ditemukan dalam konunikasi sehari-hari dan lazimnya diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif. Tuturan berikut ini mengandung makna pragmatik mengizinkan sekalipun ukan berbentuk tuturan imperatif:
1. “ Jalan masuk khusus untuk para pelamar pekerjaan.”
Informasi indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemberitahuan kepada para pencari kerja yang terdapat pada sebuah perusahaan.
2. “Menerima buangan tanah bekas bangunan.”
Informasi Indeksal:
Bunyi sebuah tuturan pemeritahuan pada sebuah lokasi pembuangan bekas bangunan.
L.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan, seperti pada tuturan yang berikut ini:
1.      Ishak kepada Satilawati: “Jangan kau sangka aku akan bersedih oleh karena ini!” (Satilawati bergerak seperti hendak pergi)
Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi pada saat keduanya sedang bertengkar di tempat tertentu. Pria dan wanita ini memiliki hubungan yang sangat dekat dan khusus.
2.      Ishak kepada Satilawati:  “Jangan berkata begitu Satilawati, hatiku bertambah rusak!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seorang dengan orang yang lainnya pada saat mereka bertemu di kantin di perguruan tinggi.
Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara pragmatik dalam bahasa Indonesia keseharian. Wujud pragmatik itu, ternyata dapat berupa tuturan yang bermacam-macam dan tidak selalu membentuk tuturan imperatif, seperti yang tampak pada tuturan berikut ini:
1.      “Biarkan aku bebas dari sentuhan kakimu.”
Informasi indeksal:
Tulisan peringatan yang terdapat pada sebuah taman di pinggir jalan protokol di kota Yogyakarta.
2.      “Masuk kebun dianggap pencuri”
Informasi indeksal:
Tulisan di taman/ kebun sebuah rumah yang tidak boleh dimasuki oleh seorang pemulung.
M.    Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan makna harapan, biasanya ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua macam penanda kesantunan itu di dalamnya mengandung makna harapan. Tuturan seperti dapat dilihat pada contoh berikut:
1.      “Harap tenang ada ujian negara!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam kampus perguruan tinggi.
2.      “Semoga cepat sembuh!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan pada kantong plastik obat dari suatu apotek.
Secara pragmatik, imperatif yang mengandung maksud harapan banyak ditemukan dalam komunikasi seharian. Maksud harapan itu, ternyata banyak diwujudkan di dalam tuturan nonimperatif. Contoh-contoh berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.
1.      “Dalam waktu dekat, Dewata Agung pasti akan datang menghampiri dan menyelamatkan kita.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini dituturkan oleh seorang kepala keluarga di Bali kepada anggota keluarganya esyang sedang menderita kesulitan berat.
2.      Petani kepada petani yang lain: “Kemarau, kok panjang sekali. Ehh, mbok, ya, segera turun hujan biar sumur-sumur tidak kering.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang petani di sebuah kampung kepada petani-petani lain yang sama-sama menderita dan kesulitan karena kekeringan.
N.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan
Imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan dalm pemakaian bahasa Indonesia pada komunikasi keseharian. Sebagai ilustrasi tentang makna pragmatik imperatif yang demikian, perlu dicermati tuturan berikut:
1.      Si gendut kepada sopir: “Kurang ajar kau! Jangan lancang, ya. Jangan bikin tuan besar menjadi m arah. Ayo belok!”
gInformasi indeksal:
Tuturan ini terjadi pada saat seorang sopir yang sedang berusaha menipu penumpangnya bertengkar dengan si penumpang yang kebetulan sangat pemberani dan tidak mau dikelabui
2.      Mirna kepada Rini: “Awas, tunggu pemalasanku!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini muncul pada saat keduanya bertengkar, yang satu saling mencerca yang lainnya.
Secara pragmatik, imperatif yang mengandung makna pragmatik umpatan dapat juga ditemukan dalam komunikasi keseharian. Lazimnya, bentuk tuturan yang demikian bukan berwujud imperatif, melainkan nonimperatif. Tuturan yang dimaksud, sebagai berikut:
1.      “Dasar ular, maunya pasti hanya enaknya saja!”
Informasi indeksal:
Tuturan antar orang dewasayang sedang saling bermusuhan pada saat mereka bertengkar memasalahkan hal tetentu.
2.      “Binatang itu memang tidak dapat berpikir.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang pimpinan kepada bawahan yang berbuat kesalahan besar dan membuat perusahaan itu hancur karena kesalahan tersebut.
O.     Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Pemberian Ucapan Selamat
Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyrakat Indonesia bahwa dalam peristiwa-peristiwa tertentu, biasanya anggota masyarakat bahasa Indonesia saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat lain. Salam itu dapat berupa ucapan selamat, seperti daapat dilihat pada tuturan-turan berikut:
1.      Neti kepada Ibu: “Mami! Selamat jalan, dan oleh-olehnya, ya, nanti.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan disaar ibunya Neti berangkat ke kota lain, sedangkan Neti tinggal di rumah.
2.      Ayah kepada Totok: “Selamat jalan anakku! Semoga sukses! Jangan bimbang. Berangkatlah!”
Informasi indeksal:
Tururan ini disampaikan oleh Ayah Totok ketika Totok kelihatan ragu-ragu meninggalkan Ayahnya sendirian di rumah.
Di dalam komunikasi keseharian, imperatif yang bermakna pragmatik pengucapan selamat itu banyak yang dinungkapkan dalam tuturan nonimperatif. Seperti dapat dilihat dalam tuturan-tuturan berikut:
1.   Dosen A: “Dik, aku sudah jadi lulus ujian komperehensi kemarin.”
     Dosen B: “ Wah, hebat Mas.Hebat...!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada teman akrabnya yang juga seorang dosen, yang baru saja lulus ujian komperehensif untuk rencana disertasinya.
2.   Anak: “Bu, aku juara satu.”
     Ibu    : “Wah...anakku pintar tenang.”
     Informasi indeksal:
Tuturan ini muncul pada saat sang anak pulang dari sekolah yang baru saja menerima rapor dari gurunya.


P.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya.contoh-contoh tuturan berikut dapat dipertimbangkaan untuk memperjelas hal ini.
1.  Orang tua kepada anak: “sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh Ibu kepada anaknya yang masih kecil. Dia baru saja mendapatkan uang saku dari saudaranya.
2.  Dosen kepada mahasiswa: “Hendaknya saudara mencari buku referensi yang lain di toko buku.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang dosen kepada mahasiswa bimbingan yang sedang menyusun karya tulis, namun kekurangan referensi yang memadai untuk penulisan karya tersebut.
Imperatif yang bermakna pragmatik anjuran itu mudah ditemukan di dalam komunikasi seharian. Maksud atau makna pragmatik imperatif itu dapat diwujudkan dengan tuturan-tuturan nonimperatif seperti pada contoh tuturan berikut:
1. Pimpinan kepada bawahan: “Apakah saudara-saudara sudah mengurus jabatan akademikmasing-masing?”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh direktur sebuah akademi kepada para dosen di dalam sebuah rapat dosen di kampus akademi tersebut.
2.  ketua RT kepada warganya: “Apakah masih ada warga disini yang belum mengurus kependudukan?”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh ketua RT kepada para warganya di dalam suatu rapat RT.
Q.     Tutuseran yang Mengandung Makna Imperatif “Ngelulu”
Di dalam bahasa Indonesia terdapat tuturan yang memiliki makna pragmatik ”Ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu namun sebenar-benarnya yang dimaksud adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang lazimnya diungkapkan dengan penanda kesantunan jangan seperti yang disampaikan pada bagian yang terdahulu. Imperatif yang bermakna “ngelulu” di dalam bahasa indonesia lazimnya tidak diungkapkan dengan penanda kesantunan itu melainkan berbentuk tuturan imperatif biasa. Contoh:
1.  Ibu    : “Makan saja semuanya biar Ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
                            Anak : “Ahh...Ibu nanti benjut kepalaku!”
                            Informasi indeksal:
Pertuturan antara seorang Ibu dengan anaknya yang senang makan banyak. Kalau makan, ia sering lupa dengan anggota keluarga yang lain, demikian pula dengan ayahnya yang biasa pulang dari tempat kerja pada sore hari.
2. Istri     : “Mas, nanti malam tidak usah pulang lagi saja, kasian Lastri, lho, Mas!”
    Suami : (berjalan menuju mobilnya dengan muka kusam karena malu).
             Informasi indeksal:
   Cuplikan petuturan seorang istri dengan suaminya yang baru saja bertengkar di ruang        makan pada saat sang suami akan berangkat kerja. Sang suami sering pulang malam dengan alasan yang kurang jelas sementara sang istri mengetahui bahwa Lastri adalah teman dekat sang suami tersebut.