Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology.
Kata psychology berasal dari bahasa Greek ( Yunani ), yaitu akar kata psyche
yang berarti jiwa, ruh, sukma, dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
etimologi psikologi masih berarti ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu
jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat,
bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai
padanan Psikologi. Kini istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi. Bruno ( Syah,
1995 : 8 ) secara rinci mengemukakan pengertian psikologi dalam tiga bagian
yang pada prinsipnya saling berhubungan. Hal itu diantaranya :
a. Psikologi adalah studi mengenai ruh.
b. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
kehidupan mental.
c. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
tingkah laku organisme (behavior).
Pengertian pertama merupakan definisi yang paling
kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347
SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran menusia
berhubungan dengan ruhnya.
Pengertian kedua muncul ketika Psikologi melepaskan
diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun
1879, yaitu saat William James (1842-1910) mendirikan laboratorium
psikologinya. Ruh dikeluarkan dari studi psikologi para ahli. Pada awal abad
ini, Psikologi sebagai suatu disiplin eksperimental mulai mendapat perhatian.
Para Psikolog seperti Wundt di Jerman dan Titchener di Amerika Serikat tertarik
mengadakan penelitian mengenai “keadaan kesadaran manusia”.
Tujuan yang mulia ini diperkecil di laboratorium menjadi suatu telaah mengenai seluk-beluk persepsi warna, bentuk, tanda-tanda bunyi dan sebaginya. Metode telaah ini disebut introspeksi. Ini berarti bahwa seorang introspeksionis haruslah mamusatkan parhatian pada beberapa stimulus (perangsang) dan melaporkan seluk-beluk keadaan dalamnya dan juga imaji-imaji yang ditimbulkan oleh perangsang tersebut.
Tujuan yang mulia ini diperkecil di laboratorium menjadi suatu telaah mengenai seluk-beluk persepsi warna, bentuk, tanda-tanda bunyi dan sebaginya. Metode telaah ini disebut introspeksi. Ini berarti bahwa seorang introspeksionis haruslah mamusatkan parhatian pada beberapa stimulus (perangsang) dan melaporkan seluk-beluk keadaan dalamnya dan juga imaji-imaji yang ditimbulkan oleh perangsang tersebut.
Definisi ketiga dikemukakan oleh J.B. Watson
(1878-11958) di Amerika Serikat sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas
dengan defenisi sebelumnya. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah
laku organisme (behavior). Watson menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi
ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia tidak
dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam dunia belaka.
Para pengikut Watson, yang terkenal sebagai kaum
behavioris mengikuti kaum emperis radikal sebagai leluhur falsafahnya, seperti
filsuf-filsuf John Locke dan David Hume. Para emperis radikal menganut
keyakinan bahwa satu-satunya cara mengetahui sesuatu adalah dengan cara
mengalaminya secara fisik. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa satu-satunya
jenis data yang dianggap valid (benar atau sah) adalah data yang dapat
diperoleh dengan bantuan tes yang objektif serta dapat diamati. Tuntutan lain
dari kaum empiris radikal dan kaum behavioris adalah bahwa dalam menjelaskan
fenomena fisik seseorang hanya dapat mempergunakan fenomena yang diamati.
Untuk menengahi ketiga pendapat tersebut, Crow
mengemukakan pendapatnya bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya ( manusia, hewan,
iklim, kebudayaan, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya(manusia,
iklim, kebudayaan, dsb). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia baik yang tampak
maupun yang tidak tampak.
B. Pengertian Linguistik
Kata linguistik ( berpadanan dengan linguistic
dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Prancis, dan linguistiek dalam
bahasa Belanda) berasal dari kata lingua (bahasa Latin) yang berarti bahasa. Di
dalam bahasa-bahasa Roman terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata
Lingua itu. Antara lain, lingua dalam bahasa Italia, lengue dalam bahasa
Spanyol, langue dan langage dalam bahasa Prancis. Langue berarti bahasa
tertentu, seperti bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan bahasa Prancis.Sedangkan
langage berarti bahasa secara umum yang bersifat menusiawi.
Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu
bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik
adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 1982:99).
Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas, 1988:10)
dinyatakan linguistics is the study of human speech including the units,
nature, structure, and modification of languageba ‘linguistik adalah studi
tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan
perubahan-perubahan bahasa. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary
(Nikelas, 1988:10) dinyatakan linguistic adalah ilmu tentang bahasa yang
menelaah, misalnya tentang struktur bahasa, pemerolehan bahasa dan tentang
hubungannya dengan bentuk-bentuk lain dari komunikasi.
Pada paparan berikut ini dikemukakan beberapa
defenisi bahasa diambil dari berbagai sumber sebagai bahan kajian.
1. Bahasa adalah alat komunikasi antara masyarakat,
berupa lambing bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,
1984:16).
2. Bahasa adalah alat yang sistematis untuk
menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi,
gesture, atau tanda-tanda yang disepakati yang mengandung makna yang dapat
dipahami (Woster’s Third New International Dictionary of the English Language,
1961:1270).
3. Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berinteraksi, serta mengidentifikasi diri (Kridalaksana dan Kentjono, 1982:2).
4. Bahasa adalah sistem simbol vokal yang arbitrer
yang memungkinkan semua orang dalam suatu kebudayaan tertentu atau orang lain
yang memelajari sistem kebududayaan itu untuk berkomunikasi atau berinteraksi
(Finochiaro, 1964:8).
Kalau ditelaah mendalam keempat definisi di atas,
tampaklah persepsi yang berbeda-beda tentang pengertian bahasa. Perbedaan itu
dapat dilihat dari sudut pandang para ahli berdasarkan eksistensi bahasa itu.
Definisi 1 dan 2 disuatu puhak berbeda dengan definisi 3 dan4 sebagai pihak
yang lain. Definisi 1 dan 2 menitikberatkan pandangan pada fungsi bahasa itu
sebagai alat komunikasi. Hal itu menunjukkan bahwa definisi 1 dan 2 masih
memiliki acuan yang luas, yaitu segala sesuatu (semua alat) yang dapat
digunakan untuk menyampaikan gagasan dan pesan. Keluasan definisi 1 dan 2
diatas tampak pula bahwa tanda yang dimaksudkan dalam bahasa bukan hanya tanda
bahasa ( linguistic sign ), tetapi juga tanda-tanda lain, termasuk gestur.
Keluasan lain dari definisi 1 dan 2 diatas adalah semua bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia, termasuk bunyi siul, batuk dan sebagainya
ditafsirkan sebagai bunyi bahasa.
Berbeda dengan defenisi 1 dan 2, defrnisi 3 dan 4
menitikberatka pada cirri-ciri atai sifat-sifat bahasa ( karakteristik bahasa
). Beberapa hal yang menarik untuk disimpulkan sebagai unsur persamaan pada
defenisi 3 dan 4 diatas, adalah a) bahasa merupakan suatu sistem; b) sebagai
system, bahasa bersifat arbitrer; dan c) sebagai system arbitrer, bahasa dap[at
digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun diri sendiri.
Secara umum menurut objek kajiannya, linguistik
dapat dibagi atas dua bagian yaitu linguistik mikro dan linguistik makro.
Linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik. Linguistik
mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau
struktur internal bahasa pada umumnya. Objek kajian linguistik mikro mencakup
struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Sedangkan objek kajian
linguistik makro adalah bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar
bahasa seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi, dan neurologi. Linguistik
makro lebih banyak membahas faktor luar bahasanya itu daripada struktur
internal bahasa. Karena banyaknya masalah yang terdapat di luar bahasa, maka
subdisiplin linguistik makro itupun menjadi sangat banyak. Sehingga dalam
berbagai buku teks biasanya kita dapati subdisplin seperti sosiolinguitik,
psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi,
dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik.
Menurut tujuan kajiannya, linguistik dapat
dibedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teoretis dan linguistik
terapan. Linguistik teoretis adalah bidang penelitian bahasa yang dilakukan
untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa manusia pada umumnya.
Sedangakan terapan adalah istilah umum bagi berbagai cabang linguistic yang
memanfaatkan deskripsi, metode, dan hasil penelitian linguistik. Misalnya
leksikografi, penerjemahan, patologi bahasa, dan sebagainya.
C. Pengertian Psikolinguistik
Berdasarkan pengertian psikologi dan linguistik ada
uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang
mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang tampak maupun perilaku yang
tidak tampak.
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi
psikolinguistik dari berbagai ahli:
1. Aitchison (Dardjowidojo, 2003:7) berpendapat
bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda.
2. Field (2003:2) mengemukakan psycholinguistiks
explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik
membahas hubungan antara otak manusia dan bahasa’.
3. Harley (Dardjowidjojo, 2003:7) berpendapat bahwa
psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian
bahasa.
4. Levelt (Marat, 1983:1) mengemukakan bahwa
psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh
manusia.
5. Kridalaksana (1982:140) pun berpendapat sama
dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa
dapat diperoleh.
6. Emmon Bach (Tarigan, 1985:3) mengemukakan bahwa
psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para
pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
7. Slobin (Chaer, 2003:5) mengemukakan bahwa
psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung
jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu
berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
Int |
8. Garnham (Musfiroh, 2002:1) mengemukakan
Psycholinguistiks is the study of mental mechanism that nake it possible for
people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent
theory of the why and which language is produce and understood ‘
psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang
yang menggunakan bahasa, baik pada