Buku
yang di tulis oleh seorang Hermawan Kartajaya ini pada dasarnya ditujukan oleh
seorang pebisnis di seluruh Indonesia, tetapi dengan pembahasan yang sederhana
dan mudah dipahami membuat buku ini juga bisa dijadikan bacaan yang cukup bagus
dan bermanfaat untuk masyarakat umum yang ingin mempelajari tentang
Entrepreneurial Marketing.
Penulis
mengawali tulisannya (Part 1) dengan membahas tentang fenomena-fenomena yang terjadi di era VUCA dan apa yang perlu kita waspadai
tentang Change,Competitor,Customer,dan terakhir situasi yang mungkin terjadi di
Company. Arti sebenarnya dari digitalisasi,siapakah sebenarnya competitor
kita,customer yang semakin ingin NOW.
VUCA
merupakan akronim dari Volatility ,Uncertainty , Complexity dan Ambiguity.
Istilah ini pertama di populerkan oleh angkatan darat Amerika untuk mengajarkan
teknik kepemimpinan di medan perang. Semua serba-unpredictable! Volatility
adalah keadaan yang tidak menentu dan rentan terhadap suatu perubahan.
Uncertainty berarti ketidak pastian dan keadaan yang penuh dengan kejutan yang
bisa terjadi kapan saja. Complexity berarti situasi dengan terlalu banyak
variabel yang menyulitkan. Ambiguity berarti kebingungan membaca arah dengan
jelas. Ketika mendapat pemahaman tentang VUCA ini,saya lantas berfikir bahwa
ini cocok sekali untuk menceritakan kondisi yang terjadi di dunia bisnis saat
ini. Unpredictable! Perusahaan pun sedang diuji layaknya komandan di bidang
perang.
Era
VUCA dalam konteks lanskap bisnis terjadi karna variabel yang memengaruhinya
terlalu banyak. Volatility biasanya terjadi di Change. Ketidakstabilan
teknologi, politik, ekonomi, bahkan faktor sosial budaya akan memengaruhi
pasar. Sebelum
bisa mmendesain arah kedepan,terlebih dahulu harus memahami situasi perusahaan
dan mencaritahu apa yang bisa dioptimalkan, memanfaatkan atau perbaiki. Oleh
sebab itu, isi dari Part 2 buku Entreprenurial Marketing Compass & Canvas
ini, pembaca akan diajak untuk mengetahui tentang Navigating The Entreprenurial
Marketing Compass. Jadi,isinya itu adalah finance, marketing, organization.
Koponen
pertama dari Entreprenurial Marketing Compass (EMC) merupakan komponen yang
berhubungan dengan finansial sebuah perusahaan, yang terdiri dari balance
sheet, profit & loss dan cashflow, yang biasa disebut Tri-Financial
Statement menggambarkan market capitalization. Tri-financial statement menggambarkan
situasi kinerja dan kesehatan sebuah perusahaan, sementara market
capitalization menggambarkan future cashflow atau berapa nilai kapitalisasi
sebuah korporasi di pasar modal.
Jika finance merupakan indikator, maka komponen inti dalam Entreprenurial Marketing Compass justru adalah marketing. Meletakkan komponen marketing di tengah compas karna menurut pengamatannya marketing adalah core strategi yang harus dikuasai oleh sebuah organisasi untuk mencapai indikator yang terlihat di financial statementnya.
Sumber Foto : Google |
Di lingkaran
terluar model Entreprenurial Marketing Compass (EMC) terdapat dua gambaran
sebuah organisasi yang profesional dan produktif atau yang kreatif dan
entreprenurial. Kreatif sering kali hanya menjadi ide sehingga harus dikelola
agar bisa menjadinperusahaan yang profesional dan kompoten menjalankan
produk-produk hasil kreasinya. Profesional hanya bisa menjadi produktivity jika
ada perbaikan terus menerus (kaizen). Kaizen berarti ada perbaikan setiap
harinya ke arah yang lebih baik.
Terakhir
isi buku dari Hermawan Kartajaya yang berjudul Entreprenurial Marketing Convass
& canvas yaitu ada Part 3 Redesigning the entreprenurial marketing canvas disitu
pembaca tinggal menyusun Entreprenurial Marketing Canvas yang sudah di
sesuaikan dengan kondisi yang anda sudah temukan. Kanvas ini ibarat kertas
putih. Seseorang entreprenurial marketing mendesain suatu karyanya dengan acuan
kondisi yang sudah di deteksi, ini kesempatan untuk benar-benar bercermin dan
mempersiapkan perusahaan. Kalau semua orang dikorporasi baik yang profesional ,
productive , maupun creative bisa saja menjadi intreprenurial yang sudah siap
mengadang VUCA.
Di
Part 1 Sensing the Unpredictability isi bukunya menunjukan ‘’the Why’’ gejala-gejala
yang saat ini terjadi di era VUCA yang berpengaruh pada keberlanjutan suatu
bisnis. Di Part 2 Navigating The Entreprenurial Marketing Convass, menjelaskan
tentang menciptakan model kompas ‘’the What’’ agar perusahaan bisa mencari
fokus perbaikan atau perencanaan yang harus dilakukan. Dan yang terakhir di
Part 3 ini, ingin memperkenalkan Entreprenurial Marketing Canvas, yaitu tentang
bagaimana sebuah perusahaan dapat mendesain atau mendesain kembali dengan baik
‘’the How’’ langkah yang harus ditempuh setelah mendiagnosis masalah yang
ditemukannya.
Entreprenurial
Marketing Canvas (EMC) adalah platfrom dimana organisasi bisa mengarahkan
dirinya untuk lebih tahan banting. Tujuannya agar sebuah organisasi bisa
menjadi sebuah Entreprenurial Marketing Organization (EMO). Metode ini sendiri
terinspirasi oleh Alexander Osterwalder (2010) dalam bukunya, Business Model
Generation, sedangkan kata canvas terinspirasi dari buku terkenal Blue Ocean
Strategy karya W.Chan Kim dan Renee Mauborgne 2015.
Dengan pembahasan yang cukup dan konkrit membuat
saya berpendapat bahwa buku ini cukup bagus dan bisa dijadikan refrensi bagi
siapapun. buku yang berjudul Entreprenurial Marketing Convass & Canvas
karya Hermawan Kartajaya ini isinya sangat relavan untuk dibaca. Bisa saling
melengkapi agar pembaca semakin puas dalam memahami Entreprenurial Marketing
Convass & Canvas. Semoga bermanfaat.
Sumber :
Kartajaya, Hermawan. 2017. Entrepreneurial Marketing Compass &
Canvas. Akarta : Pt.Gramedia Pustaka
Utama Anggota Ikapi