![]() |
Foto: Aristoteles |
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat
berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya.
Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh
Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135
– 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Maimoides,
pemikir paling terkemuka Yahudi abad tengah berhasil mencapai sintesa dengan
yudaisme. Di luar daftar ini masih sangat bangyak kaum cerdik pandai abad tengah
yang terpengaruh demikian dalamnya oleh Aristoteles. Bahkan di jaman dulu dan
jaman pertengahan, hasil karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Latin,
Arab, Itali, Perancis, Ibrani, Jerman dan Inggris.
Kekaguman orang kepada Aristoteles menjadi sangat tinggi
di akhir abad tengah tatkala keadaan sudah mengarah pada penyembahan berhala.
Dalam keadaan itu tulisan –tulisan Aristoteles lebih merupakan semacam lampu
penerang jalan yang terang untuk mencari jawaban problem yang lebih lanjut.
Aristoteles tidak sepakat dengan sanjungan membabi buta dari generasi-generasi
berikutnya terhadap tulisan-tulisannya.
Beberapa pemikiran Aristoteles yang tidak sesuai bila
diterpakan pada masa sekarang adalah di mana dia mendukung perbudakan karena
dianggap sejalan dengan hukum alam. Dan dia percaya kerendahan martabat wanita
bila dibandingkan dengan laki-laki. Tapi banyak pula ide Aristoteles yang
sesuai untuk masa sekarang di mana dia berpendapat bahwa kemiskinan adalah
pokok dari revolusi dan kejahatan. Begitu pula pernyataannya yang menyebutkan
bahwa barang siapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia
pasti yakin bahwa nasib suatu emperium tergantung pada pendidikan kaum mudanya.
A.
BIOGRAFI TOKOH
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah
Chalcidice, Thracia, Macedonia tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama
Nicomacus adalah seorang tabib pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya
meninggal ketika Aristoteles berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh
oleh pamannya yang bernama Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke
Athena balajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato. Kemudian ia diangkat
menjadi seorang guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di bawah asuhan Plato
dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis. Aristoteles merupakan orang
pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang
dilakukannya dengan jalan melihat gerhana. Sepuluh jenis kata yang dikenal
orang saat ini dengan kata benda, kata sifat, kata benda dan sebagainya,
merupakan pembagian kata menurut pemikirannya.
Dengan meninggalya Plato pada tahun 347 SM, Aristoteles
meninggalkan Athena dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu ia
mendirikan akademi di Assus dan menikah dengan Phytias yang tak lama kemudian
meninggal. Ia lalu menikah lagi denga Herpyllis yang kemudian memberikan ia
seorang anak laki-laki yang akhirnya ia beri nama Nicomacus seperti ayahnya.
Pada tahun-tahun berikutnya ia juga mendirikan akademi di Mytilele. Saat itulah
ia sempat menjadi guru Alexander Agung selama tiga tahun.
Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan,
Aristoteles kembali ke Athena dan mendirikan semacam akademi di Lyceum. Di
sinilah selama 12 tahun ia memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan
experimen serta membuat catatan-catatan dengan tekun dan cermat. Dalam masa
kepemimpinannya Alexander Agung tidak meminta nasehat kepada bekas gurunya,
tetapi ia berbaik hati menyediakan dana bagi Aristoteles untuk Aristoteles;
Biografi dan Pemikiran 2
melakukan riset dan experimen.
Hal ini mungkin menjadi contoh pertama dalam sejarah seorang ilmuan menerima
jumlah dana yang besar dari pemerintah untuk maksud penelitian atau
penyelidikan.
Walaupun begitu, hubungan Aristoteles dengan Alexander
Agung diliputi oleh berbagai macam polemik. Aristoteles menolak secara
prinsipil cara kediktatoran Alexander, apalagi ketika Alexander menghukum mati
sepupu Aristoteles dengan tuduhan pengkhianatan. Alexander memandang
Aristoteles terlalu demokratis hingga ia memiliki fikiran untuk membunuhnya
pula. Tetapi Aristoteles memiliki hubungan yang erat dengannya dan sangat
dipercaya oleh orang-orang Athena, sehingga Alexander mengurungkan niatnya.
Kemudian Alexander meninggal pada tahun 323 SM dan golongan anti Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena. Aristoteles didakwa kurang ajar kepada dewa dikarenakan penelitian-penelitian yang ia lakukan. Kerena takut di bunuh orang Yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, tepat pada tahun 322 SM, Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun.
Kemudian Alexander meninggal pada tahun 323 SM dan golongan anti Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena. Aristoteles didakwa kurang ajar kepada dewa dikarenakan penelitian-penelitian yang ia lakukan. Kerena takut di bunuh orang Yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke Chalcis. Satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, tepat pada tahun 322 SM, Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun.
B.
PEMIKIRAN
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas
segala benda. Filsafat ilmu merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik dan estetika. Oleh karena itu, ia menamakan filsafat sebagai Theologi.
Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan
sekitarnya, tidak berdiri sendiri dan tidak tumbuh di tempat atau ruang yang
kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut
mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oloh karenanya,
dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir ataupun filosof yang
selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang berbeda-beda.
A. Pembagian Filsafat Menurut Aritoteles
1. Logika
Penemuan Aristoteles yang terbesar dalam
bidang logika adalah silogisme (syllogimos). Silogisme maksudnya uraian
berkunci, yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang
khusus dan dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru dan tepat dari
dua kebenaran yang telah ada. Sebagai contoh ada dua pernyataan:
≈ Setiap manusia pasti akan mati
≈ Dia adalah manusia
Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dia
pasti akan mati
Menurut Aristoteles, pengetahuan baru dapat
dihasilkan melalui dua cara yaitu induksi dan deduksi. Induksi yaitu bertolak
dari kasus-kasus yang khusus menghasilkan pengetahuan tentang yang umum.
Sedangkan deduksi bertolak dari dua kasus yang tidak disangsikan dan atas dasar
itu menyimpulkan kebenaran yang ke tiga. Cara deduksi inilah yang di sebut
silogisme. Induksi tergantung pada pengetahuan indrawi senngakan deduksi atau
silogisme sama sekali lepas dari pegetahuan indrawi. Itula sebabnya mengapa
Aristoteles menganggap deduksi sebagai cara sempurna menuju pengetahuan baru.
2. Filosofia teoritika
a. Fisika: yaitu tentang dunia materiil
(ilmu alam dan sebagainya). Kosmos terdiri dari dua wilayah yang sifatnya
berbeda. Wilayah sublunar di bawah bulan, maksudnya bumi) dan wilayah yang
meliputi bulan, planet dan bintang. Aritoteles beranggapan bahwa jagat raya
terbatas, berbentuk bola dan jagat raya tidak
Aristoteles;
Biografi dan Pemikiran 3
mempunyai
permulaan dlam waktu dan tidak mempunyai akhir (kekal). Sedangkan bumi dan
isinya terdiri dari empat unsur: api, udara, tanah dan air. Sedangkan selain
bumi hanya terdiri dari satu unsur yaitu aether. Penggerak pertama
adalah yang tidak di gerakkan.
Beberapa pembagian penting untuk memahami pemikiran Aristoteles:
1) Doktrin tentang substansi dan
aksiden, benda dan bentuk
Substansi adalah hal pertama dan fundamental dari setiap
benda dan kategori. Substansi merupakan kategori pertama dan fundamental yang
membedakannya dengan kategori-kategori lainnya yang merupakan aksidennya saja.
Misalkan kita ambil contoh sebuah meja. Meja adalah substansinya sedangkan
warna hijaunya, untuk makan, dll adalah aksidentnya saja. Jadi bisa dikatakan
substansi adalah apa yang membuat benda itu adalah totalitas benda itu
sedangkan aksidentnya adalah apa yang membuat benda itu sebagai benda particular;
meja adalah ketotalan dari meja sedangkan warna hijau, untuk makan
adalah kepartikularan benda itu.
2) Konsep gerak
Konsep Gerak termasuk konsep yang penting dalam
pemikiran Aristoteles. Gerak ini juga menandakan perubahan dari potensial ke actual.
Di sini perubahan itu tidak menjadi hal yang penting; apakah preubahan dari
potensial ke actual itu adalah pertumbuhan, pembusukan, perubahan kualitas
jumlah dan kualitas, atau pun berubah tempat.
3) Konsep tetang elemen dan teori mixio
Selain soal gerak, hal penting lain dari Aristoteles
yang menjadi pegangan dari pemikiran barat pada kurun waktu yang lama
setelahnya adalah dokrin tentang empat elemen yang berasal dari system
pemikiran Empedokes dan bagaimana cara menemukan keempat elemen itu dalam
prinsip–prinsip yang sangat mendalam. Keempat elemen ini mempunya
kualitas-kualitasnya tertentu pula yakni kualitas sentuhan, aktif, harus
berpasang-pasangan dalam oposisinya.
Aristoteles menunjukan delapan pasangan yang mempunya kualitas haptic yang kontras satu sama lain: panas-dingin, kerng-lembab, berat-ringan, jarang-padat, lembut-keras, kasar-halus, rapuh-tabah. Dan elemen dari material dunia ditandai oleh empat kemungkinan kombinasi dari dua haptic aktif kualitas (prima quialitates): tanah (kering dan dingin), air (dingin dan lembab), udara (lembab dan panas), api (panas dan kering). Segala material alam di dunia ini mengandung paling sedikit dua dari keempat elemen ini.
Aristoteles menunjukan delapan pasangan yang mempunya kualitas haptic yang kontras satu sama lain: panas-dingin, kerng-lembab, berat-ringan, jarang-padat, lembut-keras, kasar-halus, rapuh-tabah. Dan elemen dari material dunia ditandai oleh empat kemungkinan kombinasi dari dua haptic aktif kualitas (prima quialitates): tanah (kering dan dingin), air (dingin dan lembab), udara (lembab dan panas), api (panas dan kering). Segala material alam di dunia ini mengandung paling sedikit dua dari keempat elemen ini.
4) Gerak natural dan gerak dipaksa
Setiap gerakan digerakan oleh sesuatu yang lainnya. Ini
merupakan aksioma yang mendasari Fisika Aristotelian. Gerak sendiri merupakan
sesuatu yang sangat menjadi perhatian Aristoteles. Misalnya dalam De Anima sendiri
Aristoteles sudah membicarakan soal gerak. Setiap benda yang bergerak selalu
diakibatkan oleh penggerak yang lainnya yang bisa juga sedang bergerak atau
juga diam.
b. Matematika: yaitu tentang barang yang
menurut kuantiasnya. Aristoteles berprinsip bahwa ketidakhinggaan hanya ada di
dalam konsep saja. Pemikiran ini kemudian menjadi perdebatan pada generasi
setelah beliau. Pemikiran Aristoteles yang terbesar dalam matematika adalah
tentang logika dan analisis. Aristoteles berpendapat bahwa logika harus
dureapkan pada semua bidang ilmu, termasuk matematika. Analisis diperlukan
untuk membangun aksioma-aksioma yang terdapat di dalam matematika. Dia
menuliskan gagasan-gagasannya tentang logika ini pada
Aristoteles;
Biografi dan Pemikiran 4
bukunya yang baru di temukan ratusan tahun
setelah kematian Aristoteles. Pada buku inilah gagasan tentang silogisme dan
pembuktian matematika diperkenalkan.
c. Metafisika: yaitu berpusat pada persoalan
barang dan bentuk. Bentuk dikemukakan sebagai pengganti pengertian dari Dunia
Idea Plato yang ditolaknya. Berbeda dengan plato yang memisahkan idea dan kenyataan
lahir, Aristoteles beranggapan bahwa bentuk ikut serta memberikan kenyataan
pada benda.
Benda dan bentuk tak dapat dipisahkan. Barang ialah materi yang tidak mempunyai bangun, melainkan hanya substansi, maka bentuk adalah bangunnya. Sebagai contoh pada pandangan plato, jiwa tidak dapat mati karena merupakan sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide. Plato berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal. Sedangkan menurut Aristoteles, jiwa dan tbuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa merupaka asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan. Disadari Aristoteles, bahwa tubuh bisa mati oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati.
Benda dan bentuk tak dapat dipisahkan. Barang ialah materi yang tidak mempunyai bangun, melainkan hanya substansi, maka bentuk adalah bangunnya. Sebagai contoh pada pandangan plato, jiwa tidak dapat mati karena merupakan sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide. Plato berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal. Sedangkan menurut Aristoteles, jiwa dan tbuh ibarat bentuk dan materi. Jiwa merupaka asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan. Disadari Aristoteles, bahwa tubuh bisa mati oleh sebab itu, maka jiwanya juga ikut mati.
3. Filosofia praktika (tentang hidup
kesusilaan)
a. Etika (kesusilaan dalam hidup perorangan)
dan Ekonomi (kesusilaan dalam hidup kekeluargaan)
Aristoteles memakai pendekatan biologis
untuk menganalisa manusia. Menurutnya, manusia adalah seekor binatang dengan
unsur tertentu yang khas. Tidak seperti binatang pada umumnya yang diatur oleh
kebiasaan, manusia dapat dengan sadar mengendalikan dorongan-dorongan
non-rasionalnya. Memiliki nafsu yang bermacam-macam, salah satu nafsu dari
manusia adalah bersosialisasi, baik berupa sekedar bersahabat atau urusan seksual
Namun permasalahannya, pengejaran nafsu yang
dapat diartikan kenikmatan, kebanggaan, prestasi, tujuan atau kekuasaan sering
tidak terkontrol yang dikarenakan faktor keserakahan manusia juga. Menurut
Aristoteles manuis pada awalnya selalu baik, namun dikarenakan faktor-faktor
lingkungan dapat merubah sikap seorang manusia.
Piolis adalah
istilah Aristoteles untuk mengartikan komunitas sipilyang ia yakini sebagai
latar sosial kodrati dari manusia. Adapula kelompok sosial koininia yang
meliputi segala macam komunitas yang di mana pada taraf tertentu terjadi
interaksi. Sedangkan Oikos adalah jenis komunitas paling dasar dan
terbatas untuk pekembangan kodrat manusia atau disbut juga rumah tangga.
Kemudian Polis menurutnya juga merupakan kebutuhan untuk mengatasi
serangan dari luar dan dibentuk untuk kesejahteraan bersama. Menurutnya Polis
yang ideal adalah sebuah komuitas orang-orang yang sama kedudukannya yang
mengarah pada kebaikan yang sebaik mungkin.
b. Politika (kesusilaan dalam hidup
kenegaraan)
Sebagai murid Plato, walaupun Aristoteles
banyak terpengaruh olehnya, namun tidak semua ajarannya diterima mentah-mentah.
Ajarannya dikupas secara praktis. Pengupasan juga dilakukan secar logis dan
sistematis berdasarkan metode induksi atas penyelidikan ilmiah dan perbandingan
sistem yang ada. Aristoteles mengklasifikasikan sistem-sistem politik seperti
di bawah ini:
• Monarki (kerajaan), diperintah oleh
seorang raja untuk kepentingan semua, tapi jika sebaliknya dapat berpotensi
tirani
• Aristokrasi, diperintah beberapa
orang untuk kepentingan bersama, jika sebaliknya dapat berpotensi oligarki,
memperkaya sekelompok orang saja.
• Polity, diperintah semua rakyat
untuk kesejahteraan umum, jika sebaliknya, mayoritas rakyat memerintah untuk
kepentingan si miskin saja dapat menjadi demokrasi.
Menurut
Aristoteles, sistem politik terjelek adalah tirani dan demokrasi yang terlalu
berlebihan. Baginya tidak ada sistem politik terbaik, maka diperlukan adanya
konstitusi. Selain berpikiran pentingnya suatu keadilan dalam suatu negara,
Aristoteles juga berpikir bahwa hukum yang dapat dipaksakan diperlukan untuk
memupuk persahabatan. Negara terbaik bagi Aristoteles adalah negara di mana
tiap warganya sejauh mungkin turut serta dalam kehidupan politik atau negara.
4. Filosofia poetika/aktiva (pencipta)
Di bidang seni, Aristoteles memuat
pandangannya tentang keindahan dalam buku “Poetike”. Aristoteles sangat
menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa
pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aritoteles,
keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Ia berpandangan
bahwa sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis
disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan
perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dengan
dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah orongan yang akhirnya
memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada
di dalam kenyataan.
B. Hasil Pemikiran Aristoteles Lainnya
1. Hule dan Morfe
Pemikiran aristoteles lainnya adalah hule
yang merupakan unsur yang menjadi dasar permacam-macaman, dan morfe yang
merupakan unsur kesatuan. Tiap-tiap benda yang konkrit terdiri dari hule dan
morfe.
2. Aktus dan Potensia
Potensia adalah dasar suatu kemungkinan,
sedangkan aktus adalah dasar kesungguhannya. Sesuatu hal terjadi bisa
dikarenakan karena potensinya dan dalam hal tersebut sudah mengandung aktusnya.
3. Abstraksi
Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri,
melainkan sifat-sifat yang sama terdapat pada hal-hal yang kongkrit. Oleh
karena itu, jika beberapa hal memiliki sifat-sifatnya maka hal tersebut hal
yang umum, jika beberapa hal diharuskan untuk memiliki sifat yang lain dari
umumnya, maka ia akan tetap tak berubah.
C.
PENUTUP
Filsafat Aristoteles bersifat naturalistis karena sifat
empirisnya. Pengertian naturalistis selanjutnya adalah ia percaya bahwa alam
semesta terdiri dari sebuah herarki, masing-masing dengan sebuah kodart atau
hakikat. Pendangan naturalistisnya mengenai alam semesta tidak tergantung pada
kepercayaan-kepercayaan theologis.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berfikir deduktif
(deductive reasioning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai
dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam
penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya obseevasi, experimen dan
berfikir induktif (inductive thinking).
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal. Banyak teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut slah total karena asumsi yang keliru. Sebagai contoh ketika Aristoteles menyetujui adanya perbudakan karena menurutnya hal ini sejalan dengan hukum alam dimana yang lemah akan kalah oleh yang kuat
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal. Banyak teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut slah total karena asumsi yang keliru. Sebagai contoh ketika Aristoteles menyetujui adanya perbudakan karena menurutnya hal ini sejalan dengan hukum alam dimana yang lemah akan kalah oleh yang kuat